Seni Mondial Tanpa Pamrih: Dalam Tinjauan Immanuel Kant

Senin, 19 Desember 2022
Immanuel Kant

Dalam kerangka besar kaum konstinental yang diwakili oleh Jerman, masih berpangkal pada persoalan dominasi subjek-objek dalam memberikan persepsi terkait dengan seni dan keindahan. Kaum konstinental tetap setia meneruskan penolakan interest dalam seni, dan menyepakati sikap disinterestedness dalam menanggapi seni dan keindahan sebagaimana kaum empiris. Hanya saja secara spesifikasi ada beberapa pengembangan-pengembangan yang bertolak pada domain perasaan, tanggapan atas percecapan, dan tujuan baik yang berpangkal pada subjek maupun objek.

Dalam hal ini Baumgarten misalnya, yang mencoba mendudukkan domain seni dan keindahan sebagai bersifat intelektual karena diakses melalui kerja sensorik (percecapan indra). Meskipun pendasarannya masih terkesan menyerupai Hutcheson,  nama Baumgarten tidak boleh kita lepaskan begitu saja dalam mengurai keindahan, karena Dialah pelopor istilah “estetika”. Penulis melihat, tanggapannya terhadap seni dan keindahan masih berpretensi belah sebelah, karena secara apriori pendasaran-pendasarannya masih diletakan pada objek.

Bagi Baumgarten kebenaran objektif harus sesuai dengan kebenaran estetis, tetapi sebagai suatu kebenaran yang mungkin (dapat benar maupun salah). Oleh karena itu wilayah seni dan keindahan tidak dapat diterapkan secara ketat prinsip clear and distince, karena terindra dengan cukup jelas namun sukar dirasionalkan. Berbeda dengan Immanuel Kant yang secara konsisten mengurai persoalan seni dan keindahan dengan cukup komprehensif, karena meletakan dasar pijakan yang berimbang antara subjek-objek. Kant berupaya menganalisa persoalan seni dan keindahan tidak hanya sebatas persoalan-persoalan parsial, akan tetapi dalam sekupnya yang luas.

Dalam hal ini Kant tidak bermaksud meniadakan substansi particular kerja kemampuan kodrat internal manusia, sebagaimana pembelaannya atas tesis yang diusung kaum epirisisme diatas. Justru pijakan yang bersifat imanen ini dijadikan dasar pijakan Khan, untuk mengimplementasikan seni dan keindahan sebagai kendaraan untuk melampaui antroposentris keluhuran dari manusia. Pengokohan subjek-objek menjadi dasar refleksi bagi Kant untuk memeriksa ulang proses sensorik, pencercapan, selera, intuisi, penciptaan seni, sampai pada tujuan seni. Entitas-entitas yang penulis sebutkan diatas, merupakan upaya besar Khan dalam menjembatani silang pendapat persoalan seni dan keindahan, melalui percampuran yang balance antara subjek-objek.

Dalam merumuskan persoalan seni dan keindahan Immanuel Kant mengategorikan kedalam 4 teori diantaranya: 1. Disinterestedness, keindahan atau penilaian terhadap sesuatu yang keindahan haruslah murni, terlepas dari campur tangan dan kepentingan manusia. 2. Universalitas, sesuatu yang dikatakan indah bersifat tetap, tidak terikat dengan ruang dan waktu. Kant melihat sesuatu yang indah akan berlaku universal, oleh karenanya Ia menetang keras hukum relatifitas terkait persoalan seni dan keindahan. 3. Esensial,  objek keindahan berada dalam jangkauan manusia (real, terindra, sebagai kegiatan sensorik). 4.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.