Industri Karet Muba Sasar Sektor Hilir

Rabu, 30 September 2020
Sekda Muba Drs H Apriyadi, MSi saat meninjau pabrik aspal karet.

Sekayu, Sumselupdate.com – Salah satu hadiah bidang pembangunan khususnya industri perkebunan di Musi Banyuasin tepat pada hari jadi ke-64 adalah beroperasinya pabrik aspal karet di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Pabrik ini menjadi pabrik pertama di Indonesia sekaligus upaya Pemkab Muba mensejahterakan petani karet.

Pada Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Musi Banyuasin bertajuk Peringatan Hari Jadi ke-64 Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2020, Senin (28/9/2020) lalu di hadapan Gubernur Sumsel Herman Deru, Bupati Musi Banyuasin Dr Dodi Reza Alex Noerdin, Lic Econ, MBA, mengusulkan agar pembangunan jalan provinsi bisa memanfaatkan atau menggunakan aspal karet di Muba.

“Kami mengusulkan kepada pak Gubernur agar pembangunan jalan-jalan provinsi bisa menggunakan aspal karet di Muba, diharapkan jika semua jalan-jalan provinsi dibangun menggunakan aspal karet, kita harapkan akan meningkatkan harga karet rakyat. Mengingat warga sumsel mayoritas petani karet,” ucapnya.

Pabrik aspal karet di Muba ini mampu menyerap 25 ribu ton karet pertahun milik petani rakyat yang tidak hanya di Muba tetapi juga di Sumsel.

Advertisements

“Sedikitnya akan ada sebanyak 25 ribu ton pertahun karet petani yang nantinya dapat terserap oleh keberadaan pabrik pengolahan aspal karet berbasis lateks Pravulkanisasi,” terangnya.

Ide Dodi disambut Gubernur Sumsel Herman Deru. Ia mengapresiasi realisasi pabrik aspal karet di Muba sebagai inovasi nyata meningkatkan harga karet di kalangan petani rakyat.

“Ini inovasi yang sangat baik sekali, semoga nantinya implementasi sangat berdampak positif kepada perekonomian warga Muba khususnya petani karet rakyat,” jelasnya.

Di hari yang sama, Sekda Muba Drs H Apriyadi MSi di lokasi centrifuge (proses pemisahan lateks pekat dan limbah berbahan bokar), Desa Cipta Praja, Keluang merinci adanya produk turunan karet yang diproduksi selain untuk bahan campuran aspal.

“Yang kita saksikan dengan uji coba mesin centrifuge ini nyata. Berjalan dan dikerjakan oleh petani kita. Pengelolaan karet rakyat benar-benar terpenuhi. Karena adanya alat centrifuge karet rakyat dapat diolah untuk memisahkan air dan latex.

“Hasil latex dari sini akan dijual ke pabrik latex yang ada di Muba. Bukan itu saja. Kita dorong tumbuh kembang industri rumahan berbahan baku karet. Akan ada hilirisasi yang ditopang industri rumahan. Pabrik skala kecil ini berupa kelompok pengusaha rumahan yang tersebar di sentra karet Muba. Jenis usahanya berupa pembuatan pabrik sarung tangan karet, tutup tabung gas dan berbagai hasil karet,” terang Apriyadi.

Saat Apriyadi meninjau pabrik centrifuge di Keluang, diketahui satu mesin mampu menghasilkan latex 4 ton. Sedangkan dari harga antara bokar dan proses centrifuge petani mendapatkan keuntungan jauh lebih besar.

“Potensi keuntungan lebih petani hingga Rp 500 ribu rupiah per ton setelah bokar diproses di pabrik centrifuge ini,” kata dia.

Plt Kadisbun A Toyibir menjelaskan proyek rintisan ini akan dilanjutkan dengan pengadaan 2 mesin serupa di tahun mendatang.

“Insya Allah tahun depan kita akan menambah mesin ini lagi. Sesuai arahan pimpinan, dua mesin akan ditempatkan di sentra petani karet,” ungkapnya seraya menambahkan perlu upaya merubah pola pikir petani dari penghasil bokar menjadi produsen latex pekat. (rel)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.