Gagal di PON Jabar, Sumsel Akan Benahi Pembinaan Atlet

Jumat, 30 September 2016
Manajer SFC, Nasrun Umar

Palembang, Sumselupdate.com – Setelah upacara penutupan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gedebage, Kota Bandung semalam, akhirnya Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 Jawa Barat  resmi berakhir.

Namun pelaksaan ini membawa duka tersendiri bagi kontingen PON Sumsel yang hanya berada di peringkat ke-21 dengan perolehan 31 medali, diantaranya 6 emas, 11 perak, 14 perunggu.

Sedangkan juara umum didapatkan tuan rumah kontingen PON Jabar atas 217 emas, 154 perak, 158 perunggu dan jumlah total 529 mendali.

Padahal Sumsel sebelumnya ingin memperbaiki prestasi dengan mematok tembus 10 besar, karena pada PON XVIII/2012 di Riau, Sumsel berada di peringkat 13 dengan perolehan 10 medali emas, 14 medali perak dan 29 medali perunggu.

Sebelumnya PON XVII/2008 di Kaltim posisi Sumsel berada di peringkat 14 dengan perolehan 12 medali emas, 11 medali perak dan 17 medali perunggu.

Prestasi terbaik atlet-atlet Sumsel adalah pada PON XVI/2004 saat menjadi tuan rumah, posisi Sumsel berada pada peringkat 5 besar dengan perolehan 30 medali emas, 41 medali perak dan 40 medali perunggu.

Menyikapi hal itu Ketua Harian KONI Sumsel Nasrun Umar mengatakan akan menyikapi lagi pola pembinaan para atlet di Sumsel.

“Dalam olahraga harus ada target setinggi mungkin, tiap provinsi pasti miliki target yang sama. Atlet Sumsel sudah berusaha memberikan yang terbaik. Hasil di PON Jabar ini akan menjadi evaluasi KONI bersama stakeholder lain,” kata Nasrun.

Menurutnya berdasarkan riset di lapangan ada beberapa cabor yang memang meleset dari target dikarenakan sejumlah faktor.

“Sebagai contoh atletik, ada atlet yang kita prediksi mampu ternyata gagal. Tapi ada atlet malah bisa menyumbangkan medali emas, olahraga memang sangat dinamis,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo Sumsel ini.

Terkait evaluasi dan peningkatan prestasi ke depannya, Nasrun menggarisbawahi pentingnya pembinaan atlet muda dan berbakat sejak dini.

Dirinya pun menepis anggapan bahwa kegagalan kontingen Sumsel dikarenakan kurangnya waktu persiapan (TC) cabor.

“Pelatda kita berlangsung 7 bulan, beberapa cabor malah lebih lama. Jadi kalau soal itu rasanya tidak bisa dijadikan alasan, begitu juga kebutuhan atlet sudah terpenuhi.

Dengan segala keterbatasannya, sekarang tinggal mungkin pola pembinaan atlet yang harus diperbaiki,” tukas dia. (tra)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.