Pagaralam, Sumselupdate.com – Pahlawan nasional adalah gelar tertinggi yang pernah diberikan kepada para pejuang di tanah air.
Gelar pahlawan nasional merupakan Anumerta atau diberikan setelah kematian, diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik, yang definisinya adalah perbuatan nyata dan dapat dikenang serta dijadikan teladan sepanjang masa bagi masyarakat.
Sayangnya belum semua pejuang dapat dianugerahi gelar ini karena pemberiannya memerlukan waktu serta riset yang panjang.
Namun tak banyak yang mengetahui beberapa pahlawan dari pulau Sumatera khususnya Sumatera Bagian Selatan atau Sumbagsel.
Selain kulinner dan wisatanya yang menarik, ada pula cerita kepahlawanan yang patut untuk diteladani. Salah satunya adalah mengenai sejarah tokoh pahlawan nasional.
Berikut tiga tokoh pahlawan nasional asal Provinsi Sumatera Selatan.
1. Sultan Mahmud Badarudin II
Sultan Mahmud Badarudin II dilahirkan pada hari Ahad tanggal 1 Rajab 1181 Hijriah atau 1767 Masehi, di lingkungan Kraton Ia adalah seorang pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam dua periode yakni pada tahun 1803-1821.
Ia memimpin setelah masa pemerintahan ayahnya Sultan Muhammad Baharudin yang menjadi raja pada tahun 1776 sampai 1863.
Semasa hidup beliau dikenal sebagai sosok pejuang yang menjaga bangsa terutama Bumi Sriwijaya.
Nama beliau sangat populer di Sumsel. Nama besar Sultan Mahmud Badarudin II sampai diabadikan sebagai nama Bandara, nama jalan di beberapa wilayah Kota Palembang.
Tak hanya itu, Sultan Mahmud Badarudin II juga dijadikan nama museum di kawasan wisata Benteng Kuto Besak yang berada di tengah jantung Kota Palembang serta mata uang Rupiah pecahan 10 ribuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2005.
Dalam masa pemerintahannya, ia berapa kali memimpin pertempuran melawan Inggris dan Belanda, di antaranya yang disebut dengan perang Menteng Ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, Sultan Mahmud Badarudin II diasingkan ke Ternate sampai akhir hayatnya.
2. Kapten TNI Am Thalib
Kapten TNI Am Thalib adalah mantan tokoh militer Indonesia dan tokoh pengusaha yang lahir di Palembang 23 Februari 1946.
Thalib merupakan salah satu pejuang yang semasa hidupnya pernah menjadi seorang jurnalis atau wartawan dan seorang wirausaha dilansir dari Chanel Youtube Advokat Aulia Aziz, Rabu (14/8/2024).
Selama meniti karir AM Thalib juga sempat menjadi kepala penerangan Gubernur Militer Sumsel sembari merangkap di satuan Intel. Dirinya mendapat informasi dari intel pusat bahwa akan terjadi penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh Belanda.
Pasalnya Belanda Sudah melancarkan agresinya di Pulau Jawa, maka tidak menutup kemungkinan juga akan menyerang wilayah lain di Indonesia termasuk Sumsel dan akhirnya terbukti benar Belanda menyerang Sumsel dengan menurunkan pasukan dari angkatan darat dan angkatan udaranya.
Namun sebelum Belanda datang untuk melancarkan agresi di Sumsel, AM Thalib serta jajaran teras militer di Sumsel telah bersepakat untuk melakukan strategi bumi hangus yaitu dengan slogan ‘Kita bakar Sumatera Selatan’ artinya semua fasilitas yang bisa digunakan oleh Belanda akan dihancurkan secara total baik itu gedung-gedung, jalan raya, dan jembatan bahkan kebun-kebun juga tidak lumput bakal dibumi hanguskan.
Secara tidak langsung perekonomian yang dikelola oleh kaum kapitalis juga sebagian dari sisa-sisa juragan Belanda menjadi kolaps dan gulung tikar.
Sementara itu, Belanda akhirnya datang dan menyerang Sumsel dengan membabi-buta, Namun AM Thalib dengan semua pejuang di sana tetap gigih berjuang melawan penjajah Belanda.
3. Mayjen TNI (Purn) DR Adnan Kapau Gani
Mayjen TNI (Purn) DR Adnan Kapau Gani atau biasa disingkat AK Gani adalah seorang dokter dan politisi Indonesia, beliau lahir di Palembayan Agam Sumatera Barat Hindia Belanda pada 16 September 1984 oleh Selatan 23 Desember 1968.
Pada umur 63 tahun meski lahir di Sumatera Barat, nama AK Gani telah tergores sebagai sosok pahlawan nasional dari kota pempek Sumsel.
AK Gani aktif dalam perjuangan mulai dari perintisan pergerakan dan perjuangan menegakkan proklamasi kemerdekaan RI hingga masuk pada kabinet Pemerintahan Presiden Soekarno.
Jasa dan pengabdiannya kepada masyarakat bangsa dan negara sangat besar, Ia juga merupakan tokoh militer tanah air setelah Indonesia merdeka dan selama masa revolusi fisik.
Beliau juga memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran kemudian tahun 1954 ia diangkat menjadi Rektor Universitas Sriwijaya di Palembang.
Ia tetap aktif dan tinggal di Sumsel hingga wafat 23 Desember 1968, untuk mengenang jasa-jasanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar pahlawan nasional Indonesia kepada AK Gani pada tanggal 9 November 2017. (**)