Jakarta, Sumselupdate.com – Batalnya kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo ke Korea Utara disinyalir menjadi tanda-tanda belum majunya kesepakatan denuklirisasi yang pernah dibicarakan antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura beberapa waktu lalu. Korea Selatan diketahui juga ikut menyayangkan hal ini.
Padahal, kedatangan Mike Pompeo disebut akan mengenalkan Utusan Khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun. Namun, rencana itu akhirnya batal.
Disebutkan oleh dua pejabat di Gedung Putih AS yang tak disebutkan namanya sebagaimana dilansir Reuters, Trump meminta Menlu Pompeo membatalkan kunjungan hanya beberapa hari setelah Trump menerima surat dari pejabat Korea Utara yang merupakan representasi Kim Jong-un.
Menurut sumber tersebut, surat itu dikirim Kim Yong-chol, penasihat Kim Jong-un yang juga orang kepercayaan Pemimpin Korut yang isinya bernada keras dan membuat Donald Trump tak nyaman. Trump diduga ragu soal sikap Korut mengenai denuklirisasi.
Oleh karena itu, Trump segera meminta menlu AS membatalkan kunjungannya. Belakangan pihak Korea Utara justru menuding AS bersikap berpura-pura dalam rencana kesepakatan damai.
Sebelumnya juga, pemerintah Jepang menyatakan bahwa Korea Utara masih menjadi ancaman mengerikan terhadap keamanan regional dan global, meski pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menjanjikan adanya denuklirisasi.
“Kegiatan militer Korea Utara merupakan ancaman paling serius dan mendesak yang dihadapi bangsa kami,” kata pihak Kementerian Pertahanan Jepang dalam sebuah dokumen seperti dikutip Channel News Asia.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, sejak pertemuan antara Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Singapura, negaranya tidak mengubah pendirian militer terhadap Korut, sampai ada langkah konkret yang ditunjukkan negara itu.
“Kami harus terus mengawasi Korea Utara untuk melihat tindakan nyata apa yang diperlukan untuk menanggalkan senjata nuklir dan rudalnya,” ujar Abe melalui dokumen itu.
Jepang mencatat bahwa Korea Utara telah melakukan tiga kali uji coba nuklir dan 40 rudal balistik sejak awal 2016, bahkan beberapa di antaranya melewati wilayah Jepang.
Bulan lalu, pemerintah Jepang juga berencana membeli dua stasiun pelacakan radar pertahanan udara Aegis Ashore dari Amerika Serikat untuk meningkatkan pertahanannya terhadap rudal Korea Utara. (viva)