Baturaja, Sumselupdate – Untuk mencegah terjadinya luapan banjir akibat tingginya curah hujan, warga Desa Singapura, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten OKU, sangat membutuhkan adanya pembangunan talud dan siring di desa mereka.
Dikatakan Pjs Kepala Desa (Kades) Singapura, Syarifudin melalui Sekretaris Desa (Sekdes) Habib, setiap musim hujan, dipastikan desa mereka juga kebagian ‘rezeki’ banjir musiman tersebut.
Pasalnya, menurut Habib, setiap kali hujan turun, dipastikan air hujan langsung meluap lantaran air hujan yang mengalir deras ke bibir anak sungai yang ada di wilayah desa langsung naik lantaran tidak adanya pembatas dinding atau talud.
“Desa kami memang sangat membutuhkan pembangunan pembatas dinding atau talud di pinggiran anak sungai Ogan. Sebab, setiap musim hujan, dipastikan luapan air hujan yang mengalir ke anak sungai langsung meluap sehingga menggenangi hampir separuh wilayah desa,” jelasnya, Senin (21/3).
Selain belum adanya talud, untuk mencegah luapan air hujan naik ke permukaan tanah, yang menyebabkan banjir dadakan juga disebabkan oleh penyempitan saluran drainase atau siring yang ada saat ini.
Seyogianya, sambung dia, saluran siring yang ada saat ini lebih diperlebar atau diperdalam, sehingga aliran air hujan dapat langsung mengalir dengan deras ke aliran anak Sungai Ogan tersebut.
“Selain dibangun talud, memang saluran siring atau parit yang ada saat ini harus lebih diperbesar. Sebab saat ini banyak saluran siring yang ada telah rusak selain itu ukurannya memang terlalu sempit,” paparnya.
Dijelaskannya, pihaknya sendiri sudah pernah mengajukan proposal untuk rencana pembuatan talud ke Dinas PU Cipta Karya Kabupaten OKU pada 2007 dan 2008 lalu. Namun sayangnya, proposal yang diajukan tersebut sampai saat ini sepertinya tidak ada realisasinya oleh pihak terkait.
Sementara itu, salah seorang warga, Dedi (35), mengatakan, sebelumnya pemerintah daerah pernah berupaya mengatasi persoalan banjir dadakan dengan membuat saluran gorong-gorong yang mengalirkan air ke perbatasan anak sungai. Hanya, saja, sambung Dedi gorong-gorong tersebut sudah ditutup sejak beberapa waktu lalu.
“Memang dulu pemerintah pernah membuat gorong-gorong untuk saluran air, namun gorong-gorong tersebut sudah ditutup sejak pemerintah membangun pelebaran jalan aspal pada 1988 silam,” kata Dedi, saat dibincangi wartawan hari ini.
Menurut Dedi, dengan adanya pembangunan talud selain dapat mengahalau terjadinya banjir dadakan, nantinya dengan adanya pembangunan talud diharapkan juga dapat membantu warga yang berprofesi sebagai petani dan perkebunan. Pasalnya, jika banjir tidak lagi sering melanda, maka tentunya warga dapat dengan tenang beraktifitas dan setiap angkutan seperti mobil truk dapat masuk ke wilayah perkebunan milik warga. (yan)