Krisis Etika
dimanakah etika itu
atau lebih tepat
masih adakah etika itu
di negeri yang katanya
berkeadaban itu
jika nyatanya
fitnah malah kalahkan yang hak
netralitas selalu memihak tuannya
dan sumpah pun
telah dianggap sampah
dimanakah etika itu
atau lebih tepat
masih adakah etika itu
di negeri yang katanya
tegak kokoh di kaki moral itu
jika yang ada justru
politik uang kalahkan cerdik cendikia
klan kuasa begitu rakus
gulung sosok kualitas
dan rakyat malah dirayu dengan uang
bukan program
kemanakah etika itu
mesti dicari
kalau jejaknya pun kini
tak lagi berjejak
Palembang, 2 Juli 2014
Pendewa Citra
siapa bilang aku menyekutukan tuhan
sebab hanya sebuah citra
yang kudewakan
kalaupun ada simulacra atau tipuan
tak pantas pula kau sebut
keharaman
belgedes! mestinya malah kau sebut
aku pahlawan
karena citraku
menebarkan kesuksesan
karena citraku
menguatkan ketentraman
karena citraku
mematikan kekritisan
kalaupun citra
tetap kudewakan
inilah kehendak jaman
dan di sini sungguh aku tak ingin
berseberangan
apalagi sampai melawan
kekuatan jaman
Palembang, 16 November 2015
Lindasan Beribu Tanda
mana benar mana salah
jika setiap informasi
yang berseliweran
kokoh membakukan validitasnya
apalagi beragam kasus
dengan kepak sayap kepentingannya
datang silih berganti
dan saling menimpa
entah untuk apa
kau rimbunkan kebimbangan
mana benar mana salah
ah…mungkin saja kau sengaja
melindaskan ribuan tanda itu
di batok kepala
agar tak satu pun warga
dapat berpikir ria
dan memetik kejelasan makna
Palembang, 28 Desember 2015
Kehilangan Paras
siapakah kita
saat parasku dan parasmu
tak lagi terlihat
di latar cermin pusaka
wewaris nenek moyang
apa penanda kita
kala bajuku dan bajumu
juga telah kehilangan warna
terhinggap pekatnya debu peradaban
kini, kita, aku dan kamu
pun hanya bisa berangguk kepala
saat bahuku dan bahumu disetrum
untuk beradu daya
melengkapi kanvas yang tengah dilukis
jungkal balik kursi, gerombolan tikus, hingga bercak darah
di baju seragam sekolah
kini, aku dan kamu
ibarat robot yang terhipnotis
hanya bisa menunggu
kapan ruh nenek moyang merasuk
agar kita kembali tersadar
bahwa kita punya paras
dan penanda
yang tidak hanya bisa berangguk kepala
saat bahu disuruh beradu
dan kanvas leluasa dilukis
Palembang, 6 November 2016