Dalam artikel ini saya menyajikan tulisan mengenai kerajinan tangan khas dari daerah asal tempat tinggal saya yaitu sulaman benang mas kayu harra yang berada di Desa Kota Batu, Kecamatan Warkuk Ranau Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Sulaman benang mas kayu harra dari Ranau mempunyai keindahan dan nilai ekonomis tinggi. Sayang, dukungan dan promosi dari pemerintah sangat minim, membuat warisan budaya ini mulai ditinggalkan akibat tergerus zaman.
RANAU adalah nama suatu kawasan yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan tepatnya di Kabupaten OKU Selatan dan berada di sekitar Danau Ranau Ranau yang merupakan nama etnis yang mendiami kawasan tersebut.
Salah satu kerajinan tangan khas Ranau adalah sulaman benang mas kayu harra. Kerajinan sulaman benang mas di Ranau ini mempunyai nilai ekonomis dan nilai keindahan tersendiri.
Kerajinan ini sudah menjadi turun menurun yang dikerjakan oleh wanita dengan menggunakan alat manual.
Misliha dan Hj Sari Akma, salah satu pemilik sulaman benang mas harra di Ranau menyatakan sulaman ini adalah teknik menghias kain beludru dengan cara menempelkan benang mas dengan tusuk balut atau sulaman dengan jahit ikat benang warna merah pada permukaaan kain beludru berbentuk motif kayu harra, sehingga memberikan kesan indah dan mewah.
Motif kayu harra memiliki keunikan dan menarik di mata konsumen karena dicampur dengan bermacam-macam bentuk motif lainnya.
Sulaman benang mas kayu harra ini diadaptasi dari filosopi legenda terbentuknya Danau Ranau yang dipercaya secara turun temurun bawasannya asal usul Danau Ranau berasal dari pohon ara raksasa (harra).
Konon, menurut tetua masyarakat Ranau dan lima suku di OKU Selatan ini meliputi Marga Ranau, Haji, Daya, Kisam, dan Semende dipercaya secara turun temurun bahwasannya asal usul Danau Ranau berasal dari pohon ara raksasa.
Zaman dahulu tepat di tengah-tengah danau saat ini tumbuhlah pohon ara raksasa. Danau Ranau terbentuk berawal ketika masyarakat berbagai penjuru daerah kesulitan mencari sumber air.
Pada saat itu masyarakat menerima kabar berita jika ingin mendapatkan sumber air, warga berbagai suku ini harus menebang pohon ara raksasa tersebut.
Kabar tersebut membuat masyarakat berbondong-bondong berdatangan dari berbagai daerah dengan membawa bekal makanan seperti ketan puti, sagon hingga kerak nasi.
Berbagai makanan itu untuk dijadikan masyarakat sebagai bekal selama mencari batang pohon ara raksasa yang dipercaya akan mengeluarkan sumber air tersebut.
Setelah warga ini berkumpul, akhirnya mereka sepakat untuk menebang pohon ara raksasa tersebut. Namun, mereka dibuat kebingungan bagaimana cara menebang pohon ara raksasa nan besar itu.
Alkisah, sampai akhirnya di tengah kebingungan itu muncullah seekor burung hinggap di atas puncak pohon ara yang memberikan petunjuk, jika ingin menebang pohon ini, mereka harus memiliki alat bentuknya mirip dengan kaki manusia.
Akhirnya, warga bergotong royong membuat alat dari batu menggunakan gagang dari kayu. Setelah berbulan-bulan akhirnya pohon ara raksasa kemudian tumbang.
Nah, dari lubang bekas pohon ara itulah mengeluarkan air dan akhirnya meluas hingga membentuk danau.
Sedangkan batu, tanah, dan pohon ara melintang besar akibat serpihan dari tumbangnya pohon ara menjadi bukit yang ada sekeliling Danau Ranau dan satu di antaranya adalah Gunung Seminung.
Pengadaptasian dari legenda Danau Ranau ke dalam motif utama sulaman benang mas kayu harra ini bukan tanpa sebab.
Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali salah satu keindahan dan untuk mempertahankan legenda tentang danau ranau yang sudah mentradisi dan kerap diceritakan secara turun temurun.
Satu yang terpenting adalah usaha dari generasi penerus untuk mau melestarikan dan menjaga budaya Ranau sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan setitik keindahan di tanah bumi serasan seandanan (Ranau), Sumatera Selatan.
Proses pembuatan sulaman benang mas kayu harra yang sering digunakan memerlukan proses pembuatan yang tidak mudah dan dilakukan dengan teliti serta telaten tahap demi tahap sebagai berikut:
Penyiapan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat sulaman benang mas kayu harra disesuaikan dengan kebutuhannnya.
Kebutuhan itu adalah pensil untuk melukis motif, gunting untuk menggunting bahan,pemidangan untuk mengatur ketegangan dan keregangan bahan ketika disulam.
Untuk bahan yakni kain beludru berwarna merah dan hijau, jarum jahit tangan, dan benang jahit berwarna merah, renda bebiku dan kulak gerigik warna kuning mas dan pernak pernik payet untuk hiasan tambahan sulaman benang mas agar terlihat indah dan menarik.
Proses penyulaman dalam pembuatan sulaman benang mas kayu harra pada dasarnya menggunakan tangan dengan susunan benang yang disebut tekat sayak gellamaii. Proses penjahitan dan membordir dengan Renda bebiku atau kulak gerigik.
Adapun jenis motif kayu harra yang diproduksi yaitu umbak-umbak, lansi singkap, lansi khagok, pudak kasork, pudak angguk, lampok pakhar, dan alam gemeserk.
Sulaman benang mas kayu harra dapat dijumpai biasanya pada upacara adat Ranau yang dipergunakan untuk untuk hiasan dinding acara pelaminan (pedandanan), khitanan, arakan penganten, festival Danau Ranau, dan acara adat lainya di Ranau.
Dewasa ini keterlibatan masyarakat sebagai pengrajin benang mas ini kian sulit ditemukan hanya perorangan saja.
Misliha mengungkapkan usaha kerajinan sulaman benang mas kayu harra masih kurangnya perhatian, dukungan, dan keterlibatan langsung pemerintah serta kurangnya pengetahuan masyarakat untuk turut berkontribusi terhadap pelestarian sulaman benang mas kayu harra.
Di samping itu, minimnya promosi yang dilakukan sehingga kurang diketahui dan dilirik oleh masyarakat luar.
Mirisnya lagi dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi mampu mengubah budaya, sehingga pelestarian sulaman benang mas kayu harra mulai terancam.
Salah satu contoh, sulaman benang mas yang biasanya digunakan sebagai hiasan dinding dalam pelaminan (pedandanan) kini telah tergantikan dengan adanya dekorasi pelaminan yang lebih menarik dan modern.
Tentu saja hal ini akan menjadi salah satu faktor penghambat pelestarian sulaman benang mas kayu harra.
Padahal jika dikembangkan dan dilakukan promosi secara luas, sulaman benang mas kayu harra memiliki potensi nilai wisata budaya yang merupakan kerajinan khas dari Ranau yang memiliki nilai ekonomis tinggi. (**)
Nama Penulis: Widya Lelawati
Institusi: Mahasiswi D-3 Perjalanan Wisata 2020 Politeknik Negeri Lampung.