Jokowi Dilantik, Keluarga Korban Penembakan Tuntut Keadilan

Senin, 21 Oktober 2019

Jalarta, Sumselupdate.com – Keluarga korban penembakan di Kendari, Sulawesi Tenggara, menanti keadilan di saat Joko Widodo (Jokowi) dan Maruf Amin resmi dilantik sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 pada Minggu (20/10).

Harapan itu disampaikan La Sali, orang tua Himawan Randi, mahasiswa Universitas Halu Oleo yang menjadi korban penembakan aparat di Kendari.

Sejak anaknya meninggal, La Sali masih trauma hingga kini. Perempuan 48 tahun itu enggan mengangkat telepon untuk membicarakan kembali kasus anaknya.

Sebagai orang tua korban, dia meminta pemerintahan Jokowi segera mengungkap pelaku penembakan putranya saat bentrok pecah pada demonstrasi mahasiswa 26 September lalu.

Advertisements

“Harapan saya sebagai orang tua korban kepada Presiden Jokowi yang dilantik hari ini untuk segera menuntaskan dan menemukan pelaku penembakan anak saya agar diproses secara hukum yang berlaku,” kata La Sali dikutip dari CNNIndonesia.com.

Ia juga meminta polisi transparan dalam proses penanganan kasus ini. Sebab, menurutnya, hingga 24 hari meninggalnya Randi, termasuk Muhammad Yusuf Kardawi (19), belum ada satu orang pun yang ditetapkan sebagai tersangka.

“Polisi sangat lambat mengungkap kasus ini, karena sampai saat ini belum ada yang diungkap siapa pelaku penembakan,” ujarnya.

Ia pernah berbicara dengan polisi terkait penanganan kasus meninggalnya Randi. Jawaban polisi, kata La Sali, akan memproses secepatnya.

“Tapi saya jawab kenapa sampai saat ini belum ditemukan orangnya yang menembak. Saya ingin kasus ini segera diungkap agar orang tua korban bisa puas,” ujarnya.

Tuntutan yang sama juga disampaikan orang tua Muhammad Yusuf Kardawi, Endang (40). Meski sudah mengikhlaskan kematian putra pertamanya itu, Endang berharap agar kasus meninggalnya anaknya segera diungkap.

“Saya sudah mengikhlaskan karena ini sudah takdir Tuhan. Kalau memang ada keadilan untuk anak saya, maka harus diungkap siapa pelakunya,” katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya.

“Saya titip menyuarakan keadilan untuk anak saya. Seandainya anak saya masih bersuara, dia sudah sampaikan bahwa ini pembunuhnya,” tuturnya.

Sementara itu, ayah almarhum Yusuf, Ramlan (42) berharap selepas dilantik, Jokowi bisa menuntaskan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) khususnya kasus meninggalnya dua mahasiswa di Kendari.

“Harapan kami tidak hanya bela sungkawa di media massa, tapi lebih dari itu, bagaimana kasus ini bisa dituntaskan

Ia juga mengingatkan kepada kepolisian bahwa pengusutan kasus ini menjadi tantangan korps Bhayangkara untuk menjawab ketidakpercayaan publik.

“Kalau kasus ini dibuka transparan, bukan hanya keinginan keluarga yang berduka, tapi menjawab kepercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian. Kami juga berharap Mabes Polri mengusut kasus ini dengan bekerja profesional, tulus, ikhlas membuka kasus ini transparan,” ujarnya.

Ia mengatakan beberapa kali didatangi oleh perwakilan Mabes Polri ke rumahnya. Namun lagi-lagi ia mengingatkan agar upaya itu bukan untuk menyenangkan keluarga korban saja. “Ingat, Tuhan itu maha adil,” tegasnya.

Kepada keluarga, lanjut Ramlan, polisi menyebut pengungkapan kasus ini butuh uji balistik terhadap selongsong, proyektil dan senjata yang digunakan pada saat kejadian.

Hanya saja, sudah 24 hari meninggalnya Yusuf dan Randi, belum juga ada kejelasan pelaku penembakan.

“Harusnya, ada tenggat waktu diberikan polisi. Kalau tidak ada tenggat waktu, kita menunggu sampai kapan,” jelasnya.

Awalnya, lanjut dia, sudah mengikhlaskan putranya meninggal. Namun jika kasus ini tidak jelas, maka demi keadilan, ia siap membuka diri agar Yusuf yang sudah dimakamkan untuk diautopsi.

“Kan waktu meninggal itu, anak saya tidak diautopsi, karena itu sebuah takdir. Tapi jika dalam perjalanan saya mendapatkan ketidakadilan, maka saya harus membuka ini untuk menutut keadilan anak saya. Menurut KontraS, ternyata anak saya pertama ditembak. Kalau untuk kebutuhan hukum, maka diautopsi, demi keadilan,” ujarnya.

Pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, Joko Widodo dan Ma’aruf Amin digelar sekitar pukul 15.30 WIB di Gedung DPR/MPR. Acara tersebut dibuka dengan pidato Ketua MPR Bambang Soesatyo.

Dalam pidatonya di hari pelantikan, Jokowi sama sekali tidak menyinggung persoalan hak asasi manusia. Dia menyebutkan empat hal yang akan dikerjakan selama lima tahun ke depan.

“Lima tahun ke depan yang ingin kita kerjakan: Pertama, pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita, membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis,” kata Jokowi di Gedung MPR, Jakarta. (pto)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.