Jokowi Bangun Indonesia dari Pinggiran, Kita Bangun OKI dari Desa

Bupati OKI, H. Iskandar, SE

Di sela-sela aktivitasnya sebagai narasumber talkshow di sebuah radio swasta di Palembang, Sabtu (5/3/2016), Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), H Iskandar, SE bersedia diwawancarai Sumselupdate.com. Dalam suasana santai, Iskandar pun secara lugas memaparkan hal-hal terkait program prioritas pembangunan Kabupaten OKI, tidak terkecuali antisipasinya terkait kasus kebakaran hutan dan lahan tahun 2016. Berikut hasil wawancaranya, sebagaimana ditulis jurnalis Sumselupdate.com.

Bagaimana sebenarnya maksud dari ‘Membangun OKI dari Desa’ yang menjadi ikon Bapak dalam membangun OKI?

Bacaan Lainnya

OKI ini 90 persen adalah desa. Jadi sasaran pembangunan yang kita tetapkan pun berorientasi pada pemrioritasan pemenuhan kebutuhan masyarakat desa mulai dari infrastruktur, transportasi, sarana, prasarana, dan kebutuhan dasar lainnya. Kita juga mengedepankan pemberdayaan masyarakat desa. Kalau Pak Jokowi punya slogan membangun Indonesia dari daerah pinggiran dan terluar, maka kita di OKI juga memiliki slogan “Membangun Dari Desa” dan ini sudah dimulai sejak tahun 2014.

Implementasinya?

OKI ini adalah kabupaten terluas di Sumatera dan terluas nomor sepuluh di Indonesia. Luasnya sekitar 19.000 Km. Untuk itu, di tengah keterbatasan anggaran, kita pun harus fokus membangun per zona, yakni zona timur dan zona barat. Kita akan bangun hal-hal penting yang dapat membebaskan masyarakat dari keterbelakangan atau keterisolasian. Kita mulai pembangunan infrastruktur dan transportasi di Pantai Timur yang selama ini memang masih sangat minim.

Ada satu jalan yang menghubungkan 5 kecamatan antara Kecamatan Kayuagung, Cengal, Sungai Menang Pedamaran Timur, dan Mesuji Raya, Kita bangun jalan ini dengan memperhatikan kualitas. Tahun ini pembangunannya sudah berlangsung 20%, dan ditargetkan sudah selesai 100% pada 2017. Sarana transportasi ini akan melancarkan mobilitas masyarakat dalam rangka mereka melakukan aktivitas ekonomi, sosial, budaya.

Apakah anggaran selama ini sudah cukup untuk mendukung visi pembangunan OKI?

Kita harus jujur bahwa di tengah luasnya wilayah dan keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki OKI, besaran anggaran kita selama ini masih jauh dari cukup. Meski demikian, ini justru menjadi tantangan bagi kami untuk terus berupaya meningkatkan APBD. Alhamdulillah, APBD OKI terus meningkat dari 1,4 triliun (2014) menjadi 1,9 triliun (2015) dan 2,29 triliun (2016). Kita juga bersyukur karena para kepala SKPD di OKI dapat bekerja sama dalam rangka memaksimalkan pemanfaatan APBD untuk pembangunan infratruktur dan pemberdayaan masyarakat.

Kita tidak boleh patah semangat. Kalau kita lihat bangsa kita dulu, mereka tidak punya uang tapi bisa membangun dengan bermodal gotong royong dan kebersamaan. Saya pun mengajak para kepala SKPD, Camat, Lurah dan Kepala Desa untuk tidak patah semangat membangun di tengah keterbatasan dana. Kita harus gelorakan gotong royong dan kebersamaan untuk membangun kabupaten ini.

Apa kiat untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten OKI?

Kita merangsang pusat-pusat pertumbuhan industri di daerah dan melakukan penguatan ekonomi masyarakat di desa-desa. Makanya strategi saya, selama dua tahun kepemimpinan ini, saya tidak membangun gedung-gedung bertingkat yang sifatnya mercusuar di kota, tetapi membangun sesuatu yang menjadi modal dasar pembangunan kita yaitu infrastruktur yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Di sini kita bangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan langsung untuk memperluas akses masyarakat. Jika akses masyarakat baik, tentu ini akan berdampak positif bagi ekonomi dan pendapatan daerah.

Kita juga menjalankan program Satu Desa Satu Koperasi dan mempermudah investor masuk untuk bersama-sama menggali dan memanfaatkan potensi yang dimiliki Kabupaten OKI demi kesejahteraan masyarakat daerah ini.

Apa program pembangunan ke depan untuk daerah pinggiran, terutama di Air Sugihan?

Ya, benar. Air Sugihan itu memang daerah pinggiran dan perbatasan antara Selat Bangka dan Kabupaten Banyuasin. Di situ, saat ini memang terlihat masih banyak yang perlu dibangun, seperti soal listrik. Dulu aliran listriknya baru 50%, tetapi di tahun 2014 sudah kita tingkatkan aliran listriknya menjadi 75% dan pada 2015 sudah 90%. Sekarang tinggal tiga desa yang belum berlistrik dan insya Allah pada 2018 semua telah berlistrik.

Terus masalah jalan, selama ini seolah aksesnya hanya lewat jalur sungai ke Palembang dan ke OKI tidak tembus (tidak ada). Padahal pada tahun 2014, jalan darat kita sudah bangun. Dulu ada jalan rintisan yang namanya ruas Riding-Kayu Agung. Di tahun 2015 jalan yang menghubungkan Sugihan – Kayuagung itu sudah selesai kita bangun. Jadi masalah keterisolasian Air Sugihan sudah tuntas.

Sekarang, kita tinggal mengatasi persoalan air bersihnya yang masih terkendala karena kualitas sumber daya air di sana yang buruk dan terkait dengan kontur tanahnya. Tapi kita berharap nantinya, dengan adanya bantuan teknologi dan rencana ada bantuan dari UNDP (PBB), masalah air ini akan segera teratasi.

Keberadaan OKI Pulp di sana juga akan berdampak siginifikan bagi perkembangan Air Sugihan. Saya katakan, ke depan Air Sugihan bakal tidak lagi menjadi daerah pinggiran atau terisolir, tetapi akan menjadi daerah kota industri dan ini akan menjadi andalan, bukan saja bagi OKI tetapi juga bagi Sumatera Selatan.

Bagaimana strategi Bapak mengurangi atau menanggulangi aksi begal?

Masalah begal itu ada di mana-mana, jadi tidak di OKI saja bahkan hampir setiap hari televisi nasional menyiarkannya. Memang OKI ini daerah lintas Sumatera, berbatasan dengan Provinsi Lampung, Kabupaten OKU Timur dan Banyuasin sehingga banyak yang masuk ke daerah ini.

Kita sudah melakukan koordinasi dengan Kapolda dan Kapolres untuk mencanangkan Desa Siaga dengan melakukan penguatan dan pelibatan organisasi pemuda dan persatuan beladiri seperti Sehati, Kera Sakti, Paku Banten. Kita juga menambah Pos Polisi di daerah-daerah rawan begal. Intinya kita akan memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat untuk memberikan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat, khususnya melalui pemenuhan rasa keamanan.

Strategi apa yang akan dilakukan untuk mengatasi kabut asap terkait Sumsel tuan rumah Asian Games 2018?

Kita mengambil pelajaran dari kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang berdampak pada kabut asap di tahun 2015, terlebih ini juga telah menjadi perhatian nasional. Memang sebagai kabupaten terluas lahan gambutnya, bukanlah hal yang mudah untuk mengantisipasi kebakaran lahan yang menyebabkan kabut asap. Namun, kita tetap berupaya keras agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

Sekarang kita telah membentuk tim yang akan bekerja melakukan sosialisasi, memantau, dan mengatasi kebakaran lahan. Tim terdiri dari TNI-Polri, Pemda, dan masyarakat. Kini sedang dilakukan pelatihan-pelatihan. Kita juga membentuk kampung siaga bencana asap dan kebakaran lahan.Intinya Pemkab OKI akan mendukung program pemerintah pusat secara umum, dan khususnya Sumsel yang akan menjadi tuan rumah event dunia yakni Asian Games 2018, sehingga target bebas asap harus terwujud.

Yuk bagikan berita ini...

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.