Cerpen: Surganya Penghalang Mimpi Berkabut

Jumat, 1 Oktober 2021
Ilustrasi

Pada perjalanan waktu di penghujung tahun 2017, Brian memutuskan berhenti bekerja, membulatkan tekad untuk menyelesaikan kuliah, sembari memaksimalkan mencari keberadaan Hesti. Keputusan Brian kian membulat, lantaran Ia bertekat untuk tinggal di salah satu pesantren di kota Benculuk, Banyuwangi. Selama beberapa bulan Ia tinggal di pesantren, Brian mendapatkan perlakuan khusus dari Gurunya (Abah), yang kedekatannya melebihi hubungan guru dengan murid.

Dengan alasan mempertimbangkan waktu kuliahnya, suatu malam Abah memanggil dan meminta Brian, untuk meninggalkan pesantren supaya fokus menyelesaikan studinya. Berkat penjelasan, kehangatan serta pengajaran yang Brian terima dari Abah dan keluarganya, Brian pun menuruti kemauan Gurunya itu. Ternyata persinggahannya di pesantren, sama sekali tidak merubah perasaan, pikiran serta ingatannya mengenai Hesti. Dalam samar dan bayangnya, ada satu keanehan di tengah rasa kekecewaan terhadap keluarga Hesti, Brian masih saja intens mengirimkan obat-obatan herbal untuk kesembuhan Ibunya Hesti, bahkan tak jarang Brian masih intens mentranfer sejumlah uang ke rekening Hesti, terhitung dari awal kepergiannya sampai tahun 2018.

Entah suatu kebodohan yang terbungkus kasih sayang maupun rasa empatinya, yang jelas tidak ada sedikit pun kebencian atau dendam dalam hati Brian. Apabila dapat dipresentasikan perasaan dan pikirannya pada tahun itu, antara 80 persen masih tentang Hesti dan lebihnya mengenai ketidakpercayaan akan Tuhan. Sikap Agnotisnya terjadi lantaran ketergoncangan jiwa dan perkenalannya dengan salah seorang filsuf pemikir kiri.

Akhirnya awal tahun 2019, Brian lulus dari kuliahnya dijenjang pasca sarjana, meskipun harus mulur beberapa  waktu dari yang semestinya. Masih untung di tengah kegundahan hatinya, menunggu suatu ketidakpastian tanpa tepi, Brian masih bisa meluluskan kuliah. Brian benar-benar sudah dibutakan keinginan mengenai Hesti, dengan sisa-sisa keyakinan dari serpihan hati, Ia membujuk kedua orangtuanya untuk datang dan melamar Hesti kembali.

Advertisements

Dengan menjatuhkan seluruh harga diri dan kekecewaan, kedua orangtua Brian menuruti kemauan anaknya. Kesanggupan keberangkatan kedua orangtua Brian ke rumah Hesti kali ini, bernilai lotre pengharapan, karena bisa jadi selama kurang lebih 6 tahun penantiannya, Hesti sudah tidak lagi single.

Sesampainya kedua orangtua Brian di rumah Hesti, mereka tidak menjumpai Hesti, dan masih mengantongi jawaban yang sama yakni penolakan demi  penolakan. Akan tetapi, sekembalinya kedua orangtua Brian dari rumah Hesti, sekurangnya memberikan 2 informasi bagi Brian, pertama Hesti masih sendiri dan yang kedua Ia bekerja di kota kelahirannya.

Dengan bermodal kelegaan bersyarat atas pengharapan, serta kehausan suasana baru untuk mengobati trauma, mengantarkan langkah Brian untuk kembali singgah di kota Jogja. Selang beberapa waktu rasa kekhawatiran singgah dalam hati Brian, di tengah pengharapan demi pengharapan, Ia mendapat informasi bahwa Ayahnya jatuh sakit. Mendengar kabar itu…. Terpaksa untuk beberapa saat Brian memutuskan pulang, untuk menjemput dan membawa Ayahnya berobat di Jogja. Tekadnya itu masih mengisyaratkan hati, melegakan rasa, di samping Ia berasumsi bahwa di Jogja, Ayahnya akan mendapatkan perawatan yang memadai.

Jogja memang mempunyai makna tersendiri dihati Brian, selain memberikan kedamaian, kenyamanan, juga  memberinya pembelajaran hidup di tengah penantian yang panjang. Pengalamannya bertemu  dengan teman baru, menyadarkannya bahwa ternyata di luar sana, banyak orang-orang yang lebih kurang beruntung darinya. Tidak jarang satu di antara teman barunya itu, harus berjuang dengan kerasnya hidup, mencari sesuap nasi guna mengganjal perut untuk melewati hari, lengkap dengan kebimbangan, mau tidur di mana malam hari nanti. Realita seperti itulah yang sedikit banyak menguatkan kerapuhan Brian, di tengah himpitan sebuah pengharapan tanpa arah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.