Jakarta, Sumselupdate.com — Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan skema anggaran belanja modal 2020 akan dilakukan secara tahun jamak (multiyears). Hal ini dilakukan karena pemerintah banyak mengalihkan dana untuk penanganan pandemi virus corona.
“Belanja modal tahun ini kami minta untuk diserap menjadi multiyears. Tahun ini fiscal space betul-betul untuk penanganan virus corona,” ungkap Sri Mulyani, Selasa (23/6).
Menurut Sri Mulyani, skema multiyears sengaja digunakan agar tak ada proyek infrastruktur yang mangkrak akibat penyebaran virus corona. Skema itu akan meringankan pemerintah dalam hal pendanaan, namun penyelesaian proyek menjadi lebih lama dari rencana awal.
“Yang tadinya proyek ini bisa selesai dalam waktu 10 bulan atau 12 bulan, kami minta diperpanjang menjadi 18 bulan atau 24 bulan. Jadi nanti masuk pada 2021,” kata Sri Mulyani.
Selain itu, pemerintah juga akan meminta tiap kementerian/lembaga (k/l) untuk mengkaji penggunaan gedung dan bangunan yang digunakan. Hal ini agar dana yang dikeluarkan bisa lebih efisien dibandingkan dengan sebelumnya.
“Kami akan menggunakan belanja modal untuk fokus yang memang sangat berkaitan dengan program dan prioritas dari Pak Presiden dan Wakil Presiden (penanganan virus corona),” jelas dia.
Secara keseluruhan, pemerintah menaikkan pagu belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 dari Rp2.613,8 triliun menjadi Rp2.720,1 triliun. Rinciannya, belanja pusat naik dari Rp1.851,1 triliun menjadi Rp1.959,4 triliun dan Transfer ke daerah dana dana desa (TKDD) naik dari Rp760,7 triliun menjadi Rp762,2 triliun.
Sementara, pendapatan negara diprediksi turun dari Rp1.760,9 triliun menjadi Rp1.691,6 triliun karena perluasan insentif perpajakan dari pemerintah. Rinciannya, pendapatan perpajakan turun dari Rp1.462,6 triliun menjadi Rp1404,5 dan PNBP Rp297,8 triliun menjadi Rp286,6 triliun.
Dengan kenaikan belanja itu, pemerintah menargetkan defisit APBN 2020 melebar menjadi 6,34 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angkanya naik dari sebelumnya yang sebesar 5,07 persen.