Laporan Alparisi
Tebingtinggi, Sumselupdate.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Empat Lawang sudah melapor ke Balai Arkeolog Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan terkait penemuan batu besar ukuran sekitar 3 meter yang menggemparkan warga Desa Ulak Mengkudu, Kecamatan Tebing Tinggi.
Batu tersebut jika diperhatikan dari samping mirip wajah manusia sehingga banyak warga menduga-duga bahwa batu itu merupakan batu megalit.
Namun kepastian batu itu megalit atau bukan, harus menunggu dari Balai Arkeolog.
Kepala Dikbud Kabupaten Empat Lawang, Rita Purwaningsih melalui Vera Nita selaku Kabid Kebudayaan mengatakan pihaknya sudah mengirimkan foto-foto batu tersebut kepada Balai Arkeolog guna untuk diteliti terlebih dahulu.
“Ya sudah kami laporkan kepada Balai Arkeologi Jambi dan Provinsi Sumsel. Foto-fotonya sudah kami kirim semua ke mereka. Mereka teliti dulu dari foto. Nanti dikabari sama mereka. Takutnya itu bukan batu megalit. Sama seperti kejadian kita di Jalan Poros kemarin. Cuma masih diteliti mereka dulu,” kata Vera Nita kepada wartawan, Kamis (23/12).
Terpisah, AK Sigit dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan sekaligus tim Cagar Budaya Sumatera Selatan mengatakan tidak bisa menjustifikasi apakah itu megalitik atau bukan, memang harus turun ke lapangan, namun untuk tahun 2022 belum bisa dipastikan karena sedang masa peralihan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Penelitian tahun 2022 otomatis berubah semua,” ucap Sigit.
Diberitakan sebelumnya, penemuan batu mirip wajah manusia di Desa Ulak Mengkudu, Kecamatan Tebing Tinggi, membuat gempar jagat maya. Banyak warga Empat Lawang yang berbondong untuk melihat batu tersebut.
Batu itu ditemukan oleh tim yang sedang melakukan normalisasi Sungai Musi. Banyak opini bermunculan berkenaan dengan batu besar yang menyerupai wajah manusia.
Camat Tebing Tinggi, Sopian berpendapat batu tersebut merupakan proses dari bentukan alam.
“Namun kita tetap harus menunggu kabar dari Balai Arkeolog untuk menentukan itu megalit atau batu biasa yang terbentuk dari proses alam,” tutur Sopian kepada awak media.
Ada juga, warga yang mengaitkan batu tersebut dengan legenda pendekar Si Pahit Lidah. Berdasarkan keterangan dari Kades Ulak Mengkudu, Anshori menceritakan bahwa tepat di seberang sungai Musi yang berhadapan langsung dengan lokasi batu tersebut terdapat makam Puyang Syeikh Ali Majidin anak dari Serunting Sakti atau sering kita sebut dengan pendekar Si Pahit Lidah.
“Di seberang sungai Musi ini ada makam Puyang keturunan dari pendekar si Pahit Lidah,” ucap Anshori.
Selanjutnya, Edwin salah seorang warga di Kecamatan Pendopo Kabupaten Empat Lawang berpendapat bahwa kemungkinan besar batu tersebut dibuat secara lengkap, oleh nenek-nenek moyang dahulu, mulai dari kepala hingga ke kaki untuk digunakan dalam ritual pemujaan terhadap segala bentuk kekuatan di luar kemampuan manusia, sebelum masuknya ajaran Islam ke Negeri Ini sekitar Abad ke-7 Masehi (Tahun 600-an).
“Pendapat saya ini, saya compare (bandingkan) saat kunjungan saya beberapa tahun yang silam, ke Dusun Tinggi Hari, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat. Di Dusun Tinggi Hari, patung-patung berbentuk lengkap, dari kepala hingga kaki, baik dalam posisi duduk, maupun berdiri Walloohu a’alam bish_showaab,” ujar Edwin.(**)