“BABAK KEHIDUPAN”
KLIMAKS
Ketika korup berpendar bias berkelap-kelip
Berlalu seperti biasa
Berlalu pula seperti kebiasaan
Seperti bara api memercik ke relung kebajikan
Hilang lenyap dalam teriakan tentang Tuhan
Gempita ria dalam slogan berantas terdepan
Bersinar menohok setiap jiwa-jiwa nan putih
Aku tertawa
Aku tak akan pernah bertanya
Siapa kamu….
Namun,
Saat tak ada perang dibutuhkan
Saat tak ada butuh opera berkepanjangan
Saat tak ada hak satu nyawa dipaksa terbang
Saat satu ibu berteriak pilu memohon keadilan
Terperangkap gelap pada manisnya ujaran dan perilaku
Saat itulah peri terbang
Saat itulah kemanusiaan hilang
Aku menggigil menangis
Aku berhak bertanya
Dimanakah aku….
Siapakah kamu?
Bandung, 19 Agustus 2022
MENJELANG PAGI
Hari masih berkemeja malam
Bintang menggantung di beberapa sudut langit
Bentangkan sepi
Menyerpih dingin
Di dalam hati yang hangat
….
Menunggu
Sayup suara adzan bergelombang
Mengusap pikiran
Untuk bekal menyapa matahari
Bandung, 19 Agustus 2022 (“Lebay”)
MINUM-MINUM
Otakku masih waras di kedai tuak
Bersulang satu sloki air putih tanpa oplosan
Untuk membasuh kerongkongan
Agar bebas bercerita dalam kata yang lugas
Tanpa merah mata
Dan emosi tak jelas
Aku sungguh tak punya nyali
Untuk sempoyongan berkelana tak tahu kemana
Menceracau merusak perasaan
Aku sungguh dibilang banci
Biarkan saja itu terjadi
Aku tetap tak perlu mencari nyali
Bandung, 19 Agustus 2022
PENULIS

Heddy WSalam lahir di Palembang dan saat ini berdomisili di Cimahi, Bandung.
Penulis buku antologi puisi “Lebay” & antologi cerpen “Panorama Hati”.