Jakarta, Sumselupdate.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksi pertumbuhan industri multifinance alias leasing bakal melambat di 2020. Hal tersebut dikarenakan virus corona yang sudah mulai menyerang sektor otomotif.
Kepala Departemen Pengawasan IKNB OJK Bambang W. Budiawan mengatakan ada beberapa faktor lain yang membuat pertumbuhan industri multifinance melambat di tahun 2020.
“Di tahun 2020 kelihatannya memang prospeknya bisa dipastikan melambat,” kata Bambang di kantor OJK pusat, Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Faktor lain yang membuat pertumbuhan industri mulifinance melambat, kata Bambang adalah penurunan pertumbuhan industri otomotif. Pembiayaan multifinance lebih banyak kepada barang-barang produktif seperti mobil, motor, dan alat berat atau mesin konstruksi.
“Maksimum flat, rata aja gitu. Kemudian ketiga yang sangat eksternal impact daripada virus corona, kita sedang amati dan memonitor terutama pada sektor produktif yang dibiayai ini kalau kami amati komposisinya 72% masih barang konsumtif dan yang produktif ini 28-30%,” ujarnya
Bambang bilang perlambatan bisnis multifinance sudah terjadi sejak dua tahun terakhir. Pada Desember 2019, aset perusahaan pembiayaan tercatat sebesar Rp 518,14 triliun meningkat sebesar Rp 13,38 triliun atau tumbuh sebesar 2,65% dibandingkan pada periode yang sama.
Selanjutnya, piutang pembiayaan sebesar Rp 452,22 triliun atau meningkat sebesar Rp 18,42 triliun atau tumbuh sebesar 3,66% (YoY). Berdasarkan jenis kegiatan usaha, piutang pembiayaan didominasi oleh piutang pembiayaan multiguna sebesar Rp 274,84 triliun (61%) diikuti oleh pembiayaan investasi sebesar Rp 134,83 Triliun (30%).
Berdasarkan objek pembiayaan, piutang pembiayaan didominasi oleh barang konsumtif sebesar Rp 317,15 triliun (68%) yang di dalamnya didominasi oleh pembiayaan kendaraan bermotor sebesar Rp 300,58 triliun (64%), diikuti barang produktif sebesar Rp 124,17 triliun (26%) yang di dalamnya didominasi oleh mobil pengangkutan sebesar Rp 49,23 triliun (40%).
Dari sisi sumber pendanaan, Industri perusahaan pembiayaan memiliki total sumber pendanaan sebesar Rp 347,68 triliun menurun sebesar 2,50% atau setara Rp 8,90 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Adapun komposisi pendanaan terdiri dari pinjaman sebesar Rp 279,08 triliun (80%) dan penerbitan surat berharga sebesar Rp 68,60 triliun (20%).
Dari sisi laba, perusahaan pembiayaan membukukan laba sebesar Rp 18,13 triliun meningkat sebesar 13,14% atau setara Rp 2,11 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari pengelolaan piutang, tercatat kredit bermasalah sebesar Rp 11,28 triliun atau dengan nilai NPF Gros sebesar 2,40%. Nilai tersebut menurun sebesar Rp 0,98 triliun atau turun sebesar 7,98% YoY. (adm3/dtc)