Meningkatnya Angka Kehamilan Dini bagi Remaja di Era Media Sosial: Sebuah Alarm Sosial

Jumat, 13 Juni 2025
Ilustrasi

Penulis         : Georgina Rachel Griselda

Mahasiswa : UICI

Bacaan Lainnya

SEIRING berjalannya kemajuan teknologi di era saat ini, digitalisasi berkembang dengan pesat melalui banyak akses gadget. Aplikasi media sosial dalam gadget pun dapat diakses oleh manusia dari segala kalangan usia, baik generasi muda maupun generasi menua.

Dampak positif dari kemajuan teknologi banyak digaungkan masyarakat, namun dampak negatif seringkali terlupakan. Pada awal tahun 2025, sekitar 143 juta orang di Indonesia menggunakan media sosial.

Angka ini setara dengan 50,2% dari total populasi, menurut laporan DataReportal. Platform paling populer meliputi Instagram (150 juta pengguna), TikTok (140 juta pengguna), dan Facebook (120 juta pengguna) kemudian mayoritas penggunanya adalah Generasi muda masa kini yaitu Genz. Inilah mengapa globalisasi perkembangan teknologi sangat berdampak bagi gaya hidup yang ingin dianut remaja.

Menurut WHO (World Health Organization) setiap tahunnya, diperkirakan 21 juta anak perempuan berusia 15–19 tahun di negara-negara berkembang hamil dan sekitar 12 juta diantaranya melahirkan  (1) . Melihat dari data tersebut, menimbulkan stigma masyarakat terhadap maraknya kehamilan remaja yang semakin meningkat. Tidak sedikit juga yang menilai bahwa, salah satu penyebab meningkatnya kasus ini adalah penggunaan media sosial yang salah.

Kemudian remaja pun banyak yang belum memiliki kematangan emosional, sehingga ia terjerumus di dalam situasi pacaran virtual atau blind date virtual dan kurangnya pengetahuan mengenai pendidikan seksual sejak dini.

Kini media sosial digunakan oleh masyarakat tidak hanya untuk menjadi ladang informasi yang positif, mainkan juga menjadi lahan subur bagi konten-konten yang mengandung pornografi dan kekerasan seksual khususnya bagi remaja.

Akses penggunaan yang kian mudah, menyebabkan remaja yang memasuki di fase pencarian jati diri sangat rentan terpengaruh oleh konten yang tidak sehat. Algoritma media sosial yang cenderung menyajikan konten sesuai dengan kebiasaan pengguna, memperkuat eksposur terhadap hal-hal yang dapat memicu perilaku yang menyimpang termasuk seks bebas yang semakin banyak kreator konten tidak bertanggungjawab membagikan itu guna menormalisasikan hal yang salah.

Kenakalan remaja yang disebabkan oleh konsumsi konten pornografi yang secara eksplisit tersebar di media sosial, memunculkan sebab menjalar seperti resiko kehamilan dini atau penyakit menular seksual.

Kurangnya penanaman pendidikan seksual sejak dini yang secaraq komprehensif berkala di lingkungan sekolah atau keluarga memperburuk keadaan lingkungan sosial remaja masa kini.

Banyak remaja yang melakukan aktivitas seksual dengan sembarangan karena rasa ingin tahu, tekanan dari teman sebaya, dan pencarian validasi dari media sosial.

Bagi perempuan korban kehamilan dini, kehamilan pada usia remaja tidak hanya berdampak pada fisik dan mental ibu muda tersebut, tapi juga sangat berdampak bagi masa depan mereka.

Banyak dari mereka yang harus putus sekolah, mengalami tekanan sosial karena stereotip masyarakat lingkungan, tekanan ekonomi, serta kehilangan kesempatan atau peluang untuk berkembang secara optimal. Dalam kacamata lebih jauh, anak yang dilahirkan dari kehamilan remaja juga berisiko tinggi mengalami keterbatasan dalam tumbuh kembang, karena kurangnya kesiapan orang tua dalam mendidik dan merawat.

Untuk menekan angka kehamilan remaja yang berkaitan erat dengan penggunaan media sosial, dibutuhkan komunikasi yang kuat antara orang tua, pendidik, dan pemerintah.

Orang tua perlu meningkatkan pengawasan dan menjalin komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka. Lingkungan sekolah juga seharusnya mulai memasukkan pendidikan seksual yang benar ke dalam kurikulum, tidak hanya dari sisi biologi, tetapi juga etika, moral, dan dampak sosial. Pemerintah juga harus memperketat regulasi terhadap konten pornografi di media sosial dan memberikan literasi digital yang masif untuk masyarakat luas terutama di Indonesia. (**)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait