Laporan: Alpian Patria Jaya
Muaradua, Sumselupdate.com – Sosok pengusaha muda bernama lengkap H Hengki Irawan (47) atau yang akrab disapa Hengki Tispa oleh Masyarakat OKU Selatan akhir-akhir ini tampak menjadi perbincangan khalayak.
Pasalnya, ratusan baliho bertuliskan H Hengki Irawan yang merupakan CEO (Chief Executive Officer) dari perusahaan transportasi jasa angkutan Tispa (Titisan Sang Pangeran) itu, sudah terpasang rapi menghiasi sudut-sudut kota bahkan ke pelosok desa sepanjang jalan di Bumi Serasan Seandanan OKU Selatan.
Tertarik akan hal tersebut, pekan lalu Senin (8/11/2021) jurnalis Sumselupdate.com secara langsung datang untuk mewawancarai owner Tispa itu.
Hengki sendiri menceritakan perjalanan hidup yang dialami amatlah sulit kala itu karena dirinya bukan merupakan seorang anak konglomerat yang serba berkecukupan.
“Selain karena tuntutan hidup dan ingin menjadi orang yang sukses dimasa depan ditambah oleh ketegasan orangtua dalam mendidik saya supaya bisa hidup berdiri di atas kaki sendiri. Saya pernah menggantungkan hidup menjadi seorang sopir angkot di Bandar Lampung. Tidak hanya itu saya bahkan pernah bertahun-tahun mengalami dan menjalani hidup menjadi seorang tukang panggul barang kala itu,” ujar pria yang juga dipanggil dengan sebutan Koheng alias Koko Hengki – sapaan akrab teman-temannya sewaktu berada di perantauan.
Lanjutnya, “Berharap mendapat pekerjaan yang lebih layak, kaki ini berjalan melangkah untuk merantau. Pulau Bangka menjadi tujuan, di sana selain menjadi BANPAM (Pembantu Satpam) serta ikut bekerja sebagai pekerja tambang rakyat selama bertahun tahun. Namun berkat kerja keras, usaha, dan doa dari kedua orangtua serta selalu ingat akan pesan orangtua untuk bisa hidup berdiri diatas kaki sendiri, alhamdulillah 15 tahun kemudian saya belajar mendirikan sebuah perusahaan di mana perusahaan tersebut adalah Perusahaan Man Power yang bergerak dalam bidang pertambangan,” kata Koheng.
“Perjalanan hidup sendiri banyak saya habiskan di rantauan terutama di bagian tengah dan timur Indonesia, karena mata saya yang sipit dan memiliki banyak kolega orang-orang dalam dan dari luar Indonesia – kalau bahasa kerennya Bule, makanya saya dipanggil Koheng . Padahal saya sebenarnya bukan orang China atau Tionghoa melainkan saya sendiri adalah asli orang yang berasal dari anak desa yang mengais rezeki di perantauan, namun bercita-cita. Kelak tatkala sudah berhasil, hasil itu akan saya bawa ke kampung halaman tempat dimana saya berasal,” ujar suami dari wanita bernama Hj Yesie Aryanty tersebut.
“Alhamdulillah selama di perantauan tersebut saya banyak bertemu dengan pengusaha pengusaha besar yang berasal dari luar Indonesia dalam bidang pertambangan. Sedikit demi sedikit Tuhan membukakan jalan mengais rezeki di negeri orang untuk dibawa pulang ke tanah kelahiran untuk membangun kampung halaman, kami sekeluargapun sepekat untuk come back ke kampung halaman,” tukasnya.
“Setelah memutuskan untuk pulang ke kampung halaman OKU Salatan, karena hoby dan bahkan sempat menjadi sopir angkutan umum dan rasa prihatin terhadap bagaimana seharusnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat akhirnya saya memulai usaha yakni membangun usaha sebuah pelayanan jasa angkutan transportasi. Namun jasa angkutan transportasi yang benar-benar seperti apa seharusnya angkutan transportasi itu sendiri. Tentu dengan model angkutan yang lebih mengedepankan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Alhamdulillah usaha angkutan tersebut sudah berjalan saat ini kita kenal dan saya beri nama Tispa (Titisan sang pangeran),” ungkap ayah dari tiga anak ini.
“Dan alhamdulillah pulalah sampai saat ini usaha angkutan tersebut bisa bertahan dan sudah diperhitungkan oleh masyarakat meskipun usianya masih tergolong muda. Kami curhat sedikit bahkan dulu baru baru usaha ini dibuka bahkan pernah ada yang berkata usaha ini akan bangkrut lebih dulu karena terlalu banyak aturan dan lain lain tapi alhamdulillah Allah SWT tidak demikian dengan hambanya, Karna kata kuncinya pelayanan seperti apa pelayanan yang akan kita tawarkan dengan masyarakat. Tispa sendiri selalu saya sampaikan dengan rekan-rekan tim Tispa, untuk mengutamakan pelayanan dengan hati (To Serve with heart) kepada pengguna jasa sehingga menciptakan keamanan dan kenyamanan itu sendiri,” ungkapnya.
“Saat ini saya hanya berniat di sisa umur yang saat ini diberikan Tuhan kepada saya pasca telah memutuskan kembali ke kampung halaman, kami bisa ikut andil berkontribusi dalam membangun tanah kelahiran di mana saya dulu berasal. Karena sebaik-baik hambanya, kata Allah, adalah yang berguna bagi masyarakat banyak,” kata lelaki yang berasal dari Suku Daya tersebut.
Diketahui H Hengki Irawan sendiri merupakan Putra Daerah yang berasal dari tiga perpaduan desa yakni Desa Negeri Batin, Desa Gunung Tiga dan Desa Tanjung Kurung Kabupaten OKU Selatan.
Hengki sendiri berasal dari suku Daya (salah satu suku yang ada di OKU Selatan). Beliau pula memiliki satu belahan jiwa bernama saat ini Hj Yesie Aryanty yang berasal dari Penyandingan Mulak Sebingkai Lahat (Basemah) dan dikaruniai tiga orang keturunan bernama M Rozaan King A, Ronaa Salsabiil A, dan Rafidah Saniah A.
Dilansir dari berbagai sumber, karena kerja keras dan ketekunan serta didikan keras dari orangtuanya, H Hengki Irawan atau yang akrab di sapa koheng sendiri berhasil menjadi seorang pendiri Perusahaan sekaligus Komisaris Utama Perusahaan Tambang Multi Nasional.
Terakhir saat disinggung terkait ratusan baliho baliho yang sudah terpasang dan bertebaran di sepanjang jalan dan keramaian di OKU Selatan Koheng sendiri hanya menjawab sebagai bentuk silaturahmi.
“Kita pasang baliho Itu sekedar untuk silaturahmi dengan masyarakat saja karena seperti yang sudah saya sampaikan diatas sebelumnya setelah sudah sekian lama merantau saat ini di akhir sisa umur saya, saya ingin mengabdikan diri saya kepada tanah kelahiran dimana saya berasal yaitu OKU Selatan karena saya ingin hidup ini bisa berguna bagi orang banyak,” jawab Hengki
“Saya minta doa dari rekan-rekan sekalian apa yang menjadi niat diri ini bisa diijabah oleh Allah SWT,” tutup Hengki. (**)