Palembang, Sumselupdate.com –Mengantisipasi merebaknya pengaruh Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), kalangan sekolah diimbau waspada dan jangan mengedepankan hal bersifat akademi saja.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumsel, Widodo meminta aktivitas sekolah ditingkatkan dan tidak boleh ada waktu sekolah yang kosong.
“Itu ‘kan salah satu penyakit dimana anak yang sejenis terlibat pergaulan tidak sepatutnya. Kita dorong agar mereka kembali ke jalan yang benar, tapi yang paling pokok mencegah dengan kegiatan positip apakah olahraga, seni, kajian ilmiah, keagamaan itu menjadi penting dan jangan ngurusi akademi saja. Pinter saja tidak, mendidik itu bukan hanya meminterkan orang tapi juga menyentuh hatinya, hatinya yang paling pokok,” katanya usai rapat tenaga honor K2 di DPRD Sumsel, Kamis (25/2).
Menurut dia, secara akademi saja dinilainya belum mendidik, karena mendidik itu adalah emosinya, jiwanya. “Selama ini itu kurang disentuh , dan jangan sekolahnya saja, orangtuanya harus dilibatkan,” katanya.
Hingga kini Widodo mengaku belum mendapatkan laporan aktivitas LGBT di sekolah di Sumsel.
Sementara itu, DPW PKS Sumsel berencana membuat Rumah Keluarga Indonesia (RKI) yang akan menjadi ketahanan keluarga. “Konsep ini sebagai pola pendidikan anak dalam keluarga,” kata Anggota DPRD Sumsel, Fraksi PKS, Syaiful Fadli kepada wartawan di DPRD Sumsel, Senin (15/2).
Dijelaskan, kenapa bisa terjadi penyimpangan terhadap anak hingga dewasa? Ini karena tidak terbentengi dengan baik pendidikan di keluarga. Apalagi persoalan seks ini harus diajarkan kepad anak secara perlahan sesuai umurnya.
“Jangan sampai justru ia mengenal seks dari luar, inilah yang dikhawatirkan akan menajdi penyimpangan,” katanya.
Syaiful menerangkan, RKI ini merupkan konsep dan pola pendidikan yang bisa diterapkan setiap orang tua di rumah. Artinya, bukan rumah secara fisik, tapi tetap akan ada rumah contoh sebagai panutan bagaimana penerapnnya nanti di masyarakat.
“Ya kita akan ada sample rumah yang menerapkan ini, sehingga setiap orang tua bisa belajar. Tujuannya agar rumah tangga bisa menjadi pendidikan awal anak,” katanya.
Masih menurut Syaiful, RKI ini bukan untuk membentengi anak dari LGBT saja, tapi juga dari pergaulan bebas dan narkoba serta efek negatif lainnya yang menjadikan pemuda sebagai bidikan utama.
“Tentunya benteng utama dari pola pendidikan ini adalah agama. Apalagi kita banyak ustas-ustasah yang bisa memberikan pemahaman dan menjadi narasumber yang stand by di RKI nantinya, insyaallah dalam waktu dekat inilah akan kita buat,” katanya. (erk)