Budidaya Ikan Hias, Untungnya “Beringas”

Rabu, 20 Januari 2016

Palembang, sumselupdate.com – Budidaya ikan hias di Palembang memang belum seramai budidaya ikan konsumsi. Faktor kerumitan dan keterbatasan pengetahuan sering menjadi alasan sebagian besar orang tidak tertarik menekuni usaha ini. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Supri (35). Berbekal ketekunan dan ketertarikannya pada ikan hias, mantan pedagang sayur di Pasar Palima Palembang ini sekarang sukses sebagai pembudidaya ikan hias. Dia pun tidak menyangka, usaha ikan hiasnya ternyata membawa keuntungan yang “beringas”.

“Alhamdulillah, hasil dari usaha ikan hias ini lebih dari cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Saya tidak usaha lain kecuali budidaya ikan hias ini”, ujar Supri kepada sumselupdate.com, Selasa (19/1/2016). Pria beranak tiga ini pun lalu bercerita bahwa usahanya ini telah ditekuni sejak tiga tahun lalu, tepatnya tahun 2012.

Bacaan Lainnya

Sembari melayani pembeli yang ramai datang ke rumahnya di Jalan Soak Simpur Lorong Begelan RT 38 RW 09 Kelurahan Sukajaya Palembang, Supri mengaku tertarik menjalani usaha budidaya ikan hias karena usaha ini tergolong santai dan tidak menguras banyak tenaga. Selain itu, menurutnya, usaha ini jika ditekuni bisa mendatangkan penghasilan yang cukup besar.

“Rata-rata penghasilan saya saat ini mencapai enam juta per bulan”, ujarnya tersipu. Dia menambahkan, hasil itu didapat dari penjualan sekitar 400 ekor per hari atau 10 ribuan per bulan. Penghasilan sebesar itu hanya terpotong oleh biaya pengemasan untuk pembelian kantong plastik dan biaya pengiriman jika pembelinya dari luar kota. Selebihnya, terpotong untuk biaya pembuatan kolam terpal ukuran 2×4 meter yang biayanya sebesar 250 ribu per unit. “Soal pakan tidak beli. Hanya berupa kutu air atau cacing sutera yang dicari sendiri saat pagi atau sore hari,” imbuhnya.

Supri menambahkan, saat baru memulai usaha, dia hanya memiliki 3 bak kolam. Sekarang telah berkembang menjadi 22 bak, yang terdiri dari kolam indukan, kolam pendederan, dan kolam pembesaran.

“Untuk sekali siklus penetasan hingga ikan siap jual ukuran standar dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Tapi terkadang tidak sampai tiga bulan sudah dijual karena banyak permintaan,” jelas Supri. Selama ini yang dominan membeli ikannya adalah para pedagang eceran. Adapun jenis ikan hias yang dibudidayakan dan dia jual selama ini adalah ikan cupang (tempalo), gupi, flamingo, cobra, dan sepat Bogor.

Bicara soal harga, Supri menyebutnya bervariasi, sesuai ukuran ikan dan jenis kelaminnya. “Harga ikan cupang misalnya, untuk yang campuran jantan betina harga per ekornya beda-beda. Ukuran S-Baby Rp 300 per ekor, S-Pass Rp 500, S-Plus Rp 700, M-Pass Rp 900, dan M-Plus Rp 1.200,” sebutnya. Sementara untuk ikan jantan (soliter) lebih mahal. Yakni ukuran S-Plus Rp 2000, M-Pass Rp 3000, M-Plus Rp 3.500, L Rp 4000, dan LL Rp 5000.

Bicara tentang kendala, Supri mengakui semua usaha termasuk budidaya ikan hias pasti memiliki kendala. “Resiko yang terbesar adalah kematian ikan terutama karena pengaruh musim pancaroba yang menyebabkan air terlalu dingin dan mengandung zat asam tinggi. Kendala lain soal pakan yang masih tergantung pada alam”, bebernya. Untuk itu, dia berharap pihak terkait khususnya pemerintah dapat membantu mengatasi persoalan ini.

Bagaimana, Anda tertarik budidaya ikan hias? (shn)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

1 Komentar