Beri Efek Jera dan Efisiensi Anggaran, Karantina Pelanggar Masker Pindah ke Wisma PGRI Palembang

Minggu, 10 Mei 2020
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang, Ratu Dewa.

Palembang, Sumselupdate.com – Setelah kurang lebih sepekan menggunakan Asrama Haji Palembang sebagai tempat karantina warga tidak menggunakan masker, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang memilih pindah ke Wisma PGRI dengan pertimbangan efisiensi anggaran penanganan Covid-19 dan memberikan efek jera kepada pelanggar.

Sebagai efek jera kepada pelanggar dengan karantina 1×24, selain fasilitas yang sederhana, pelanggar juga hanya diberi menu untuk berbuka saja.

Sementara sebelumnya beredar kabar pelanggar diberi fasilitas mewah. Pemerintah berharap dengan ini tidak ada lagi pelanggar.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang, Ratu Dewa menepis anggapan bahwa karantina akan diberikan fasilitas yang enak.

Advertisements

Sebab, mereka yang terjaring razia sebelum masuk kamar karantina akan diminta berjemur, kemudian setelahnya akan diberikan edukasi seputar Covid-19 yang juga harus mereka hafalkan.

“Keesokan harinya mereka juga akan kita minta hafalan terkait Covid harus disampaikan ke petugas, lalu dijemur baru mereka boleh pulang,” katanya, Minggu (10/5/2020).

Di Wisma PGRI saat ini, meski dalam satu kamar memang berisi tiga orang namun jarak antara tempat tidur tetap seusai dengan protokol kesehatan yakni 1,5 hingga 2 meter.

“Itu cukup laik, walau tanpa AC dan hanya dilengkapi kipas angin. Makan yang ditanggung Pemkot hanya berbuka puasa sementara untuk sahur tidak. Kita perbolehkan bila keluarga untuk mengantarkan makanan,” katanya.

Menurutnya, pemindahan lokasi juga sebagai upaya efisiensi serta terkait efek jera maka lebih memungkinkan dilakukan di Wisma PGRI.

“Di sini kita tetap sewa dan belum ada batas waktu sampai kapan. Di Asrama Haji evaluasi kami memang terkait soal efek jera namun pemindahan ke Wisma PGRI lebih kepada efisiensi anggaran,” katanya.

Walikota Palembang Harnojoyo mengatakan, selain dinilai lebih efisien perpindahan lokasi karantina juga dikarenakan adanya tempat/ fasilitas yang kapasitasnya dinilai lebih besar dibandingkan di Asrama Haji.

“Yang penting ada tempat yang memadai. Apalagi kapasitasnya lebih besar dan satu kamar bisa menampung 3 orang. Di sana kita siapkan 25 kamar. Artinya bisa menampung 75 orang,” karanya.

Menurutnya, upaya karantina warga yang belum mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 bukan tanpa alasan, karena inilah sebagai langkah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Sehingga masyarakat lebih memahami dan mematuhi protokol kesehatan.

“Mau PSBB atau belum, tapi upaya-upaya pencegahan sudah kita lakukan seperti bagi yang tak pakai masker saat keluar rumah maka akan dikenai sanksi,” katanya. (iya)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.