Update Banjir Bandang dan Longsor di NTT-NTB: 167 Tewas, 45 Hilang

Sabtu, 10 April 2021
Foto udara dampak banjir bandang di Flores Timur

Jakarta, Sumselupdate.com – BNPB memperbarui data terkait korban bencana akibat siklon Seroja di NTT dan NTB. Total korban meninggal dunia akibat bencana di NTT dan NTB mencapai 167 orang.

Data ini disampaikan Kepala BNPB Doni Monardo dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat (9/4/2021). Doni memaparkan data terkait korban bencana di NTT. Dia menuturkan di wilayah Flores Timur tidak ada tambahan korban jiwa hari ini.

Di sisi lain, Doni menyampaikan ada 46 korban tewas di Lembata dan 22 orang hilang. Kemudian, di Alor ada 28 orang yang tewas dan hilang sebanyak 13 orang. Lalu di Kupang hari ini ditemukan satu orang tewas, sehingga total menjadi 4 orang.

“Rote Ndao yang semula dilaporkan ada dua yang meninggal ternyata hasil terakhir laporan dari bupati yang meninggal nihil. Termasuk Ngada yang semula dilaporkan satu orang meninggal ternyata yang dilaporkan tersebut masih hidup jadi yang meninggal tidak ada,” kata Doni, seperti dikutip dari detikcom.

Advertisements

Berikut ini rinciannya:

Korban Meninggal di NTT

Kota Kupang: 6 orang
Flores Timur: 71 orang
Malaka: 6 orang
Lembata: 46 orang
Ende: 1 orang
Sabu Raijua: 2 orang
Alor: 28 orang
Kupang: 4 orang
Sikka: 1 orang

Total: 165 orang

Korban Hilang di NTT

Flores Timur: 5 orang
Lembata: 22 orang
Sabu Raijua: 5 orang
Alor: 13 orang

Total: 45 orang

Sementara di NTB, korban tewas ada di Bima sebanyak dua orang. Doni juga melaporkan sejumlah terkait perbaikan aliran listrik yang terkendala pascabencana. Dia mengatakan dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan PLN pusat untuk mengupayakan pemulihan.

“Sehingga pelayanan listrik ke daerah yang masih terkendala bisa berjalan lebih baik lagi,” kata Doni.

Sampai saat, lanjut Doni, belum ada kesulitan terkait obat-obatan sampai jumlah dokter untuk menangani warga yang terkena dampak ataupun korban luka. Dia menyampaikan, instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait relokasi warga yang permukimannya sudah tidak mungkin dibangun kembali.

“Konsep relokasi ini harus menyiapkan tim terpadu untuk melakukan program sosialisasi terdiri tokoh agama, tokoh masyarakat dan pakar, serta budayawan. Sehingga, ketika mulai masyarakat bisa senang mengikuti program pemerintah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menyiapkan tempat yang baru, sehingga pemerintah pusat melalui PUPR bisa melakukan pembangunan,” kata Doni. (adm3/dtc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.