UNESCO Dakar Apresiasi Program Sekolah Adiwiyata Indonesia

Selasa, 29 November 2016

London, Sumselupdate.com – Organisasi internasional PPB bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan (UNESCO) mengapresiasi peran dan dukungan pemerintah Indonesia dalam memaksimalkan peran sekolah untuk mengurangi dampak perubahan iklim (climate change), khususnya program Adiwiyata.

Hal itu menurut Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Dakar – Senegal, Dimas Prihadi, sebagaimana terlihat dalam pertemuan “Training of Trainers on the Whole-Institution Approach to Climate Change” di kantor UNESCO Dakar, Senegal, yang dilaporkan Antara London, Senin (28/11).

Bacaan Lainnya

Dalam pertemuan yang bertujuan untuk mencari cara bagaimana meningkatkan peran dan kontribusi sekolah dalam mengurangi dampak perubahan iklim tersebut, Indonesia termasuk negara unggulan bersama Prancis dan Denmark.

Delegasi RI dalam pertemuan ini terdiri dari Koordinator Nasional ASPnet – UNESCO (Associated Schools Project Network), Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bukit Asam, Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 27 Jakarta, dan Kepala Sekolah Islam (Amalina Islamic School).

Peserta melakukan diskusi mengenai bagaimana menjamin partisipasi inklusif dari sekolah serta mewujudkan rencana aksi dan pendekatan institusional dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Sementara delegasi RI memperkenalkan program “Adiwiyata” yang dikembangkan Kementerian Lingkungan Hidup RI sejak 2006.

Adiwiyata adalah program yang bertujuan menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, murid dan pekerja lainnya), sehingga kelak mereka dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Para delegasi RI menjelaskan, awalnya program Adiwiyata dilaksanakan di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup.

Selanjutnya, Indonesia sudah memiliki kurikulum berbasis lingkungan sesuai amanat UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

Implementasi program Adiwiyata di sekolah Adiwiyata juga sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh standar pendidikan nasional.

Delegasi RI juga menyampaikan untuk menjadi sekolah Adiwiyata, sekolah di Indonesia harus mengajukan permohonan kepada Kementerian terkait untuk dilakukan verifikasi oleh Tim Penilai. Sedangkan empat komponen yang harus dimiliki sekolah ini yaitu Kebijakan Berwawasan Lingkungan, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan, Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif dan Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan.

Seluruh peserta pertemuan terkesan dengan kurikulum berbasis lingkungan yang dikembangkan Indonesia. Saat sekolah lain di Amerika dan Eropa baru mencoba menyusun kurikulum seperti ini, Indonesia sudah memiliki sekolah Adiwiyata yang jumlahnya saat ini mencapai ribuan.

Pertemuan ini sendiri dihadiri peserta dari 12 negara, yaitu dari Asia seperti Indonesia, Jepang, Oman, Libanon dan Afrika dari Senegal, Namibia, wilayah Amerika dari Brazil, Republik Dominika dan Eropa seperti Perancis, Denmark, Jerman, Yunani, serta staf UNESCO dari Paris dan Dakar. (shn)

Sumber: ANTARA

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.