Laporan: Henny Primasari
Indralaya, Sumselupdate.com – Proyek pengerasan jalan di tengah hutan karet dan sawah di Desa Tanjung Agung, Kecamatan Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Provinsi Sumatera Selatan di dekat SMPN 3, diduga menggunakan agregat Kelas C.
Selain itu, tidak ada papan proyek yang dipasang di areal proyek yang mmenghubungkan Desa Ulak Segelung dan Desa Tanjung Agung
Proyek pemeliharaan jalan paket 1 ruas Tanjung Agung Ulak Segelung dengan nilai pagu Rp1 miliar dengan HPS Rp975.000.0000, dikerjakan oleh CV Muara Sakti Grup yang terletak di Jalan Raya, Nomor 05, Desa Lubuk Sakti, Kecamatan Inderalaya.
Pengerasan jalan yang menggunakan agregat Kelas C merupakan campuran matrial batu split ini sering disebut batu asalan. Batu split jenis agregat C ini merupakan campuran antara beberapa jenis ukuran baru split.
Bahan campurannya terdiri dari tanah, abu batu, pasir, batu split apa saja dan dengan komposisi yang tidak beraturan. Batu split jenis agregat C ini pada umumnya digunakan untuk bahan timbunan untuk pengurukan lahan, reklamasi, dan lain-lain.
“Masa pengerasan seperti ini, banyak tanah hitam dari batunya. Pasti banyak itu untung pemborongnya. Apalagi proyek di tengah hutan karet ini. Walaupun pengerasan harusnya gunakan batu split Kelas A yang harga per kubiknya Rp420 ribu. Kalau sekarang ini kelas murah, agregat C itu kan untuk penimbunan, bukan untuk pengerasan. Kalau banyak tanah otomatis saat pengaspalan akan susah. Selain itu, karena pengerasan tidak tinggi akibatnya ketika hujan datang pasti banjir, seharusnya ini menjadi perhatian,” kata Ar warga Desa Tanjung Agung saat dibincangi, Rabu (12/8/2020).
Keluhan sama diktakan Kades Tanjung Agung, Nuzuli. Dia mengatakan, pengerjaan proyek tersebut terkesan asal jadi.
“Ya memang beberapa titik ada yang landai, bahkan terkesan asal jadilah pengerjaan proyek tersebut. Kami ingin proyek itu dikerjakan dengan baik, kualitasnya harus bagus jadi daya tahannya bisa sampai 5 tahun. Sehingga tak mudah bonyok saat musim hujan, tak berdebu saat kemarau,” harapnya
Sementara itu, Pengawas Proyek dari CV Muara Sakti Grub bernama Dedek mengaku tidak tahu soal proyek tersebut.
“Saya tidak tahu, saya hanya menghitung berapa truk agregat datang. Yang jelas jalan ini tidak banjir ‘kan sudah ditinggikan. Soal agregat kelas apa saya tidak tahu, cuma menghitung saja berapa truk yang datang. Soal nilai proyek saya juga tidak tahu. Coba tanya saja ke Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR OI),” jelasnya.
Sementara itu, Kadis PUPR OI Juni Edi saat dikonfirmasi belum bisa dimintai keterangan terhadap hal tersebut. (**)