Palembang, sumselupdate.com – Sekretaris Daerah (Sekda) merupakan jabatan tertinggi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tak pernah dibayangkan sebelumnya oleh H. Aprizal Hasyim, S.H., M.M.
Seorang anak rantau dari desa pedalaman Kabupaten Ogan Ilir (OI). Tepatnya Desa Tanjung Dayang, Kecamatan Indralaya Selatan, OI.
“Saya dan keluarga tidak pernah membayangkan sebelumnya akan berada di puncak karir seorang ASN yaitu Sekda, saya bersyukur Alhamdulillah,” ujar Aprizal.
Aprizal mengaku tak pernah memimpikan jabatan ini sebelumnya. Karena Aprizal saat kecil bercita-cita menjadi seorang tentara. Karena perjalanan hidup dan kebaikan dari Allah SWT, dirinya sampai di titik ini.
“Ini berkat do’a dan keridhoan ibu saya, serta kejujuran dan komitmen kepada pimpinan dan rekan kerja,” ujar suami dari Hj. Ida Royani, S.Sos.
Baca juga : U-turn SMA Kusuma Bangsa Ditutup, Simpang 3 Celentang Macet Parah, ini Solusi Pemkot Palembang
Aprizal berangkat dari keluarga yang sangat sederhana. Sang ayah yang seorang tentara Angkatan 45 biasa ini harus membiayai 5 orang anak termasuk dirinya.
Sekolah ‘nyambi’ bekerja bukan hal aneh bagi pria kelahiran Tanjung Dayang, 15 April 1974 ini. Bahkan, saat SMA pindah ke Palembang, Aprizal bekerja sebagai Loper Koran di bawah Jembatan Ampera dan 7 Ulu.
“Sekolah sambil kerja itu saya biasa, karena saya anak nomor 3, ada kakak dan adik yang harus dibiayai oleh bapak, jadi saya harus mandiri,” katanya.
Tamat SMA, ayah dari 4 putra dan putri ini bekerja sebagai Tenaga Kerja Sukarela (TKS) sopir Camat Tanjung Batu.
Baca juga : Operator Potong Pendapatan Hingga 40 Persen, Pemkot Palembang Siap Ambil Alih Driver Online
Saat ada kesempatan mengikuti tes CPNS tamatan SMA, Aprizal lulus tahun 1994 dengan pangkat IIA di Bangka Belitung, yang saat itu masih masuk wilayah Sumsel.
“Menjadi PNS di Kecamatan Gantung, kosan saya di dekat Laskar Pelangi, saat itu gajinya Rp50.000 dengan beras 10 Kg,” katanya.
Menjadi PNS tak seperti yang dibayangkan orang-orang dengan gaji besar. Saat 1996 pindah ke Indralaya, Aprizal masih harus berkebun untuk menutupi kebutuhan rumah tangga.
“Nyambi berkebun dan lanjut kuliah di kampus Sakyakirti Palembang, setiap sore menggunakan motor karena saat itu PNS pulang kerja jam 12.00,” katanya.
Hidup keluarga kecilnya numpang di bawah rumah mertua. Istri yang belum jadi PNS ini mengajar di SMA PGRI Indralaya. Saat pulang dari sekolah menjadi buruh cuci pakaian tetangga.
Saat Kabupaten OI memisahkan diri dari Kabupaten OKI, Aprizal ditempatkan dengan jabatan baru sebagai Kamawil Hansip atau Kasi Trantib di kecamatan.
“Alhamdulillah rezeki karir naik lagi jadi Sekretaris Camat Tanjung Raja, sambil menyelesaikan S2 di Tridinanti. Keinginan belajar sejak dulu memang sudah tertanam di diri saya,” katanya.
Aprizal mengakui bahwa begitu banyak kebaikan dari Allah, hingga karirnya terus naik. Pada 2005 dipercaya jadi Camat Indralaya Utara. Menjadi Camat Rambang Kuang, Kabag Umum dan Protokol, Kabag Hukum, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Ogan Ilir, Staf Ahli Bidang Sosial Ekonomi, baru pindah ke Palembang di Dinas Perikanan hingga Dinas Perhubungan Kota Palembang.
Selain doa ibu, kesuksesannya juga berasal dari rutinitas safari dan sedekah subuh. Serta jangan pernah menganggap orang lain rendah.
Tidak ada yang tak mungkin. Begitulah yang yang dirasakan Aprizal. Seorang anak desa yang merintis karir dari Loper Koran, sopir dan ASN tingkat bawah hingga kini berpangkat IVD.
“Hukum tabur tuai di pekerjaan itu ada, setiap memimpin pasti bawahan itu jadi keluarga, karena saya selalu mencoba memahami bawahan, dan jangan mau memakan hasil ‘keringat bawahan’,” pesannya. (Iya)