Tren Covid-19 Varian JN.1 Merangkak Naik, Waspada Gejala Hidung Berair

Penulis: - Jumat, 5 Januari 2024
Ilustrasi Covid 19

Jakarta, Sumselupdate.com – Trend kasus Covid-19 di Indonesia masih merangkak naik, per Rabu (3/1/2024) bertambah 404 kasus baru, dengan pasien sembuh lebih dari setengahnya.

Pada periode yang sama, empat kematian baru Covid-19 dilaporkan. Total kasus aktif atau pasien yang membutuhkan perawatan baik isolasi mandiri maupun di rumah sakit masih melampaui dua ribu orang.

Bacaan Lainnya

Kementerian Kesehatan RI beberapa waktu lalu mengonfirmasi temuan kasus Covid-19 varian JN.1, sublineage dari Omicron BA.2.86 ini diyakini sudah mulai dominan di sejumlah wilayah Indonesia.

Laporan ini tidak jauh berbeda dengan banyak negara lain yang kembali mencatat lonjakan kasus Covid-19 imbas varian JN.1.

Ahli epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia meminta masyarakat mewaspadai gejala Covid-19 hidung berair.

Baca Juga: Antisipasi Covid-19, Dinkes Sumsel Terima 8.325 Vaksin Inavac

Seperti yang terjadi di Eropa, keluhan ini banyak ditemukan saat varian JN.1 dominan.

Tidak seperti varian terdahulu, jarang sekali pasien COVID-19 yang saat ini mengeluhkan demam atau anosmia alias kehilangan kemampuan sementara untuk mencium dan merasa.

“Berikut ini saya update terkait subvarian JN.1 Covid-19, berdasarkan data yang diambil dari kasus-kasus terkini pasien Covid-19 terinfeksi JN.1 di Eropa khususnya Inggris. Keluhan atau gejala yang dominan adalah hidung berair atau beringus,” kata Dicky kepada detikcom, Rabu (3/1/2024).

“Demam saat ini sangat jarang dirasakan sebagian besar pasien, apalagi hilang penciuman itu sudah sangat jarang, di bawah 3 persen.”

Baca Juga: Melonjak Gila-gilaan, AS Cetak Rekor 1 Juta Kasus Corona Sehari

Dicky menyinggung gejala COVID-19 lain yang banyak ditemukan adalah batuk dengan jangka waktu yang relatif lama, nyeri kepala, kelelahan, nyeri menelan, sampai sulit tidur.

Menurutnya, hal ini menjadi pertanda evolusi Covid-19 membuat gejalanya berada di tahap sedang ke ringan.

Hal yang masih perlu menjadi kewaspadaan bersama adalah long Covid, efek jangka panjang pasca-sembuh dari SARS-CoV-2.

“Ini menandakan bahwa evolusi infeksi Covid-19 ini memang sudah mengarah ke menengah-ringan untuk stadium akutnya. Namun, di sisi lain dalam konteks long Covid ini semakin menguat pada orang yang memiliki masalah imunitas,” beber dia.

Kewaspadaan ini terutama harus diperhatikan oleh kelompok rentan, utamanya lansia, pengidap komorbid, hingga mereka dengan gangguan imunitas tubuh. Walhasil, vaksinasi Covid-19 bagi tiga kelompok tersebut menjadi sangat penting demi membangun kekebalan melawan Covid-19.

Meski begitu, perlu diingat, vaksinasi bukan satu-satunya ‘bekal’ melawan Covid-19.

Baca Juga: WHO Menemukan Subvarian Virus Corona Omicron BA.3, Diwaspadai Lebih Ganas

“Kedua kita juga harus menekankan kepada publik dan pemerintah juga harus menyadari bahwa vaksin bukan solusi tunggal.”

“Sehingga, (PHBS) perilaku hidup bersih sehat, 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas), peningkatan kualitas udara dengan ventilasi dan sirkulasi yang baik ini menjadi sangat penting,” pungkas Dicky. (**)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.