Tidak Ingin Anak Menjadi Hiperaktif, Ibu Hamil Jangan Konsumsi Parasetamol

Minggu, 11 September 2016
Ilustrasi

Jakarta, Sumselupdate.com –Banyak orang yang menganggap jika parasetamol adalah obat yang aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil.

Obat yang bisa meredakan rasa sakit dan panas ini ternyata tidak seaman yang kita duga. Pakar kesehatan menyebutkan jika ibu hamil yang kerap mengonsumsi parasetamol ternyata memiliki risiko melahirkan anak yang hiperaktif nantinya. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Pakar kesehatan seperti dilansir doktersehat.com menyebutkan jika ada penelitian yang menunjukkan adanya kaitan erat antara nutrisi apa saja yang dikonsumsi oleh ibu hamil dengan perilaku sang anak setelah dilahirkan nantinya.

Salah satunya adalah jika ibu hamil kerap mengonsumsi obat parasetamol di mana anaknya cenderung lebih aktif dari anak biasanya.

Advertisements

Tak hanya itu, ada juga risiko terkena gangguan kesehatan fisik dan psikis lainnya pada anak jika sang ibu mengonsumsi banyak obat-obatan selama kehamilan.

Penelitian ini sendiri dilakukan oleh University of Bristol, Inggris dan dilakukan sejak tahun 1991.

Setidaknya, ada 7.796 ibu hamil yang mengkonsumsi parasetamol pada rentang usia kehamilan 18 hingga 32 minggu.

Hasilnya? Anak-anak mereka cenderung lebih aktif jika dibandingkan dengan anak pada umumnya. Tak hanya itu, anak tersebut juga cenderung memiliki masalah emosional yang jauh lebih kompleks dibandingkan dengan anak-anak biasanya.

Memang, para peneliti masih belum benar-benar memastikan bahwa parasetamol akan sepenuhnya bertanggung jawab pada kondisi hiperaktif pada sang anak mengingat ada sebagian ibu yang juga mengkonsumsi obat ini selama kehamilan namun melahirkan anak yang normal.

Namun, adanya banyak sekali temuan anak yang hiperaktif tentu harus menjadi perhatian ibu hamil agar tidak mengkonsumsi obat-obatan secara sembarangan selama fase kehamilan.

Andaipun ibu hamil jatuh sakit atau merasakan adanya masalah kesehatan, ada baiknya harus melakukan konsultasi pada dokter kandungan atau bidan terlebih dahulu agar mendapatkan saran terbaik yang bisa mengatasi masalah kesehatannya tanpa harus meningkatkan resiko anak menjadi lebih hiperaktif atau terkena masalah kesehatan lainnya. (hyd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.