Sampul Esensi Pancasila, Masih Adakah dalam Jiwa Generasi Milenial?

Minggu, 12 Januari 2020
Pancasila dan bendera merah putih.

PANCASILA merupakan elemen penting yang memiliki kedudukan sebagai ideologi yang dipegang erat bangsa Indonesia.

Pancasila bukan sekedar lambang persatuan dan kesatuan di negara kita. Namun, Pancasila merupakan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sudah bertahun-tahun sejak Pancasila ditetapkan yakni pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila lahir sebagai persatuan dan pedoman seluruh rakyat nusantara.

Pancasila menyatukan semuanya mulai dari ras, suku, budaya, agama dan bahasa. Karena Pancasila memiliki salah satu nilai pandangan yang berarti meskipun terdapat perbedaan, kita tetaplah satu dalam kesatuan.

Advertisements

Pancasila juga bersifat universal dan mengikuti perkembangan zaman. Seiring berjalanya waktu dari tahun ke tahun, yang membawa alur peradaban juga semakin berkembang pesat.

Peradaban di masa kini sangat beraneka ragam dan banyak elemen-elemen yang baru. Mulai dari budaya, ilmu pengetahuan, media sosial, gaya hidup, dan juga teknologi.

Semua hal tersebut dilatar belakangi oleh dampak globalisasi yang di satu sisi dapat mengancam kedaulatan ideologi Pancasila.

Meskipun secara tidak langsung, globalisasi tetap merupakan sebuah ancaman. Karena pada dasarnya globalisasi membawa dampak terutama bagi generasi milenial yang kurang berpegang teguh dengan esensi pancasila hingga akhirnya tergerus oleh arus pergerakan peradaban, serta jika generasi milenial tidak mempunyai benteng yang kokoh maka mental kebangsaan dan amalan pancasila akan ikut terkikis secara perlahan.

Dalam sintakis generasi milenial, ciri khas generasi milenial adalah generasi yang akrab dengan teknologi dan media sosial. Selain itu, generasi milenial lebih terbuka dengan pemikiranya yang membuat mereka lebih mudah menerima nilai sosial yang lebih berperilaku modern.

Melatar belakangi hal tersebut maka untuk memperkokoh mental berbangsa dan berkebudayaan Indonesia, generasi milenial sebagai generasi penerus bangsa Indonesia di era mendatang penting sekali untuk berkenalan dengan nilai-nilai dasar pancasila.

Lima sila dalam Pancasila harus dimengerti dan dimaknai secara mendalam oleh generasi milenial. Misalnya sila pertama. Ketuhanan yang Maha Esa.

Ketuhanan di sini tidak hanya dalam artian lingkup kecil, tidak terpaku pada identitas agama tertentu namun makna sila pertama ini yang paling esensi adalah hendaknya negara Indonesia adalah setiap rakyatnya dapat menyembah tuhannya dengan cara yang paling leluasa dan mendapatkan hak kebebasan dalam memeluk agama.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Yang esesnsinya mengandung makna bahwa setiap manusia berhak untuk diperlakukan secara adil dan menjalani kehidupan yang layak sesuai dengan norma dan etika berbangsa.

Sila tersebut memiliki nilai yang sangat menjunjung tinggi toleransi antar manusia. Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sila ini memiliki pandangan bahwa perasaan nasionalisme yang satu sebagai kesatuan bangsa yang tidak membedakan suku, ras, bahasa, dan gama tertentu. Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Dalam sila tersebut menekankan bahwa setiap keputusan rakyat adalah mutlak dengan budaya musyawarah dan mufakat dalam memutuskan perkara kehidupan berbangsa, dalam artian demokrasi.

Dan sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila terakhir ini mengandung tujuan dan cita-cita yakni keadilan yang merata.

Sesuai esensi yang terkandung dalam Pancasila, dapat diketahui bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila saling berkaitan satu sama lain.

Dengan memandang Pancasila sebagai satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam menjadi pedoman berbangsa.

Keterkaitan nilai tersebut misalnya sesuai sila pertama, apabila kita menenmpatkan Tuhan diatas segalanya maka kita tidak akan memandang manusia dengan label perbedaan.

Dari sifat tersebut akan terwujud sebuah Kemanusiaan yang adil dan beradab. Setelah terwujud rasa kemanusiaan maka dengan mudah akan melahirkan sebuah Persatuan Indonesia dengan latar toleransi, tepa selira, dan saling menghargai.

Setelah bersatunya seluruh bangsa maka tak akan lepas dari permusyawaratan. Jika sudah berkumpul dan bermusyawarah dengan rasa nasionalisme yang tinggi, maka keadilan sosial pun pasti akan terwujud dengan mudah.

Esensi pancasila juga memiliki ancaman berat, permasalahanya apabila generasi milenial lepas tangan dan tidak serta menyerap nilai-nilai pancasila seutuhnya. Kemungkinan juga yang bisa terjadi adalah kedepanya dominasi generasi ini mudah didoktrin dengan paham yang bertentangan dengan ideologi pancasila.

Jika generasi milenial terus menerus seperti itu tanpa memiliki kesadaran, maka Pancasila akan kritis, dan rentan akan perpecahan yang berakibat fatal dalam pandangan hidup berbangsa.

Dalam bingkai tersebut pancasila tertantang dengan arus peradaban, dan pemaknaan nilai pancasila bisa terkikis dengan derasnya kemajuan teknologi tanpa batas yang kian melekat pada generasi milenial.

Maka dari itu dalam mengatasi tantangan-tantangan baik intern maupun ekstern, mengikuti arus peradaban. Pendalaman makna nilai dasar pancasila sangat penting untuk dilakukan.

Penanaman kembali kesadaran generasi milenial akan esensi nilai dasar pancasila yang berkedudukan sebagai ideologi bangsa dan menjadi pedoman hidup sejak lahirnya pancasila.

Upaya tersebut sangat strategis manakala paham nasionalisme yang lemah dibangun dan diperkokoh agar menjadi benteng pertahanan dari paham-paham luar negeri yang masuk dan menjatuhkan nilai dasar Pancasila.

Setelah timbul akan kesadaran jiwa nasionalisme, generasi milenial dituntun untuk berlaku bijak dan selektif terhadap budaya asing yang dapat diterapkan tanpa adanya nilai yang bertentangan dengan esensi nilai dasar Pancasila.

Pada hakikatnya generasi milenial yang memiliki potensial besar sebagai warisan bangsa kedepanya diharapkan tetap mengamalkan esensi nilai dasar pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (**)

Sandy Zakaria

 

Penulis: Sandy Zakaria

Mahasiswa Semester 1, Prodi Bahasa Inggris, FKIP Universitas Islam Malang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.