Palembang, Sumselupdate.com – Pendangkalan perairan di Pelabuhan Tanjung Api-Api (TAA) sangat memprihatikan lantaran mengancam keselamatan penumpang dan logistik.
Di mana Pelabuhan TAA ini direncanakan tak hanya menjadi pelabuhan darat, akan tetapi juga laut, yang melayani penumpang dan logistik lintas Palembang-Bangka Belitung.
Dengan mengalihkan penyeberangan logistik dari Pelabuhan Boom Baru ke TAA, otomatis pelabuhan akan diperbesar dan kapal-kapal besar akan bersandar di TAA.
“Namun nyatanya tidak diimbangi dengan perawatan alur,” kata Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono.
Pria yang akrab disapa BHS ini berkata, ke pelabuhan tak hanya terdiri dari dermaga pelabuhan saja, akan tetapi juga ada alur yang sangat bagus.
Baca Juga: Pelabuhan TAA Resmi Layani Kapal Barang
“Dengan kondisi alur yang dangkal ini sangat menyulitkan pelayaran terutama saat air surut, bahkan kondisi ini membuat kapal-kapal tidak bisa berlayar,” kata Anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.
Kondisi perairan yang dangkal ini tak jarang membuat kapal kandas hingga menyebabkan kecelakaan.
Tak hanya itu, jika perairan dangkal, maka bagian bawah kapal akan sering tergesek sesuatu yang keras hingga menipis.
Baca Juga: Pelindo dan Dubai Port Kembangkan Pelabuhan KEK TAA
“Saat itu terjadi, kapal akan bocor dan menyebabkan terjadinya kecelakaan, kapal bisa tenggelam, itu sangat bahaya,” ungkapnya.
Hal yang membahayakan lainnya, kondisi perairan dangkal akan menyebabkan kapal banyak menghisap lumpur. Ini menyebabkan mesin kapal menjadi panas berlebih dan kapal akan cepat rusak.
“Solusinya dikeruk, sejak 2013 atau lebih dari 10 tahun lalu, tidak ada perawatan alur, soal anggaran tinggi untuk pengerukan tak sebanding dengan pentingnya keselamatan penumpang dan logistik,” jelas BHS.
Jika tidak dikeruk, hanya kapal kecil yang bisa bersandar di pelabuhan ini. Jika itu terjadi akan menghambat pertumbuhan perekonomian, baik di Sumatera Selatan maupun Bangka Belitung.
Kasi Operasional Pelabuhan TAA Dinas Perhubungan Sumsel, Zulkarnain mengatakan, soal pendangkalan ini pihaknya telah mengusulkan pengerukan ke pemerintah pusat.
“Benar seperti kata Pak Bambang tadi, kondisi dangkal di pelabuhan dan alur pelayaran harus diatasi dengan pengerukan,” katanya.
Lama surut selama 3-4 jam. Saat 3 jam saja, setidaknya ada 2 kapal yang terlambat keberangkatannya. Penumpang dan logistik menjadi lamban sampai.
“Parahnya pendangkalan ini sejak dua tahun terakhir. Tetap operasi tetapi dengan menunggu alam (air pasang kembali),” katanya.
Baca Juga: Wagub Mawardi Yahya Ingatkan Pelabuhan TAA Tetap Prioritas
Salah seorang Nahkoda Kapal, Alexander mengatakan, pendangkalan terjadi sangat parah pada musim barat, di mana saat pasang air besar, dan saat surut air sangat kecil.
Sebagai nahkoda kapal yang membawa penumpang dan logistik ia cukup khawatir dengan pendangkalan ini. Selain takut membahayakan penumpang (kecelakaan dan lainnya), juga mesin kapal cepat rusak.
“Upaya yang saat ini kita lakukan dengan menunggu air pasang, menunggu di tempat dangkal itu,” katanya. (**)