Palembang, Sumselupdate.com – Meskipun jumlah penumpang LRT atau kereta api ringan sudah mulai meningkat, namun Anggota DPR RI Komisi VII Bambang Haryo Soekartono menilai okupansi masih perlu ditingkatkan lagi.
Sebab, sejak beroperasi pada pertengahan 2018 lalu, LRT diharapkan mampu survive salah satunya dengan pembelian tiket dari penumpang.
Sementara dengan pendapatan Rp5 miliar per bulan yang tidak mencukupi beban operasional Rp9 miliar, LRT hingga kini masih menggunakan subsidi APBN untuk operasional sehari-hari.
Anggota DPR RI Komisi VII dari Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono (BHS), menilai LRT sudah mulai membaik dari sisi okupasi LRT dengan jumlah penumpang 11 ribu perhari atau 3,5 juta per tahun.
“Namun masih perlu ditingkatkan setidaknya dua kali lipat dengan cara pemerintah provinsi dan pemerintah kota untuk mendorong penggunaan LRT ini,” katanya.
Baca juga : Korupsi LRT Sumsel, Kejati Terima Penitipan Uang Kerugian Negara Rp22 Miliar Lebih
Dorongan pemerintah daerah untuk penggunaan moda transportasi LRT ini diharapkan setidaknya dapat mengurangi kerugian dari beban subsidi yang saat ini ditanggung APBN untuk operasional LRT.
Dari pendapatan Rp5 miliar per bulan atau Rp60 miliar per tahun, biaya listrik LRT saja butuh Rp9 miliar per bulan. Artinya untuk listrik saja tidak cukup karena masih minus pendapatan sekitar Rp4 miliar.
Baca juga : Mulai 7 Juni Perjalanan LRT Palembang akan Ditambah
“Untuk menutupi minus tersebut, salah satunya dengan Pemda Sumsel baik Pemprov Sumsel maupun Pemkot Palembang untuk mendorong masyarakat menggunakan LRT, dari pada subsidi ditanggung pemprov atau Pemkot,” jelas BHS.
Melihat dari awal pembangunannya, LRT punya hutang yang harus dikembalikan dari pembiayaan pembangunan Rp11 triliun dengan bunga 4 persen atau sekitar Rp400 miliar dalam setahun untuk bunganya saja. Selain bunga juga investasinya harus dikembalikan sekitar Rp500 miliar.
“Artinya pemerintah daerah harus punya rasa tanggungjawab tinggi agar bagaimana LRT ini bisa jadi transportasi umum utama dan diminati masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, Bambang meminta pihak Balai Perkeretaapian untuk segera menyelesaikan kajian soal kebisingan laju LRT terutama saat berbelok yang banyak dikomplain oleh penumpang LRT.
“Sampai saat ini belum ada solusi untuk tingkat kebisingan apakah mengganggu tingkat kebisingan pendengaran manusia, saya minta segera untuk dilakukan perbaikan sehingga tidak menggangu kenyamanan penumpang,” jelasnya.
BHS juga menyoroti soal kasus korupsi proyek LRT Palembang yang merugikan negara Rp1,3 triliun ini agar diproses sampai ke akar-akarnya.
“Semoga proses hukum dapat berjalan dengan baik dan memberikan efek jera,” katanya.
Sebagai informasi, masyarakat cukup membayar tiket LRT Palembang dari dan atau ke Bandara SMB II Rp10.000 dan tiket antar stasiun cukup bayar Rp5.000 saja.
Perjalanan LRT Palembang pada stasiun DJKA dimulai sejak pukul 05.06 WIB dan berakhir pada 19.01 WIB. Sementara untuk yang dari Bandara berangkat sejak pukul 06.00 WIB dan berakhir pada 19.55 WIB. (Iya)