Kurang Pemahaman, Angka Pernikahan Dini di Mura Masih Tinggi

Senin, 30 Mei 2016
Musi Rawas (foto: kemass.tripod.com)

Muarabeliti, Sumselupdate.com – Angka pernikahan dini di wilayah Musi Rawas (Mura) terbilang cukup tinggi.

Penyebabnya, kurangnya pemahaman bagi remaja tentang resiko pernikahan dini.

Tercatat di Badan Keluarga Berencana, kurun waktu Januari hingga April 2016 ‎ada 147 orang menikah di usia di bawah 18 tahun.

Kepala Badan KB Kabupaten Mura, Miftahulummi mengungkapkan, tingginya angka pernikahan dini disebabkan oleh banyak faktor, seperti rendahnya pendidikan, faktor ekonomi, dan faktor pergaulan bebas, termasuk faktor tayangan media massa yang kurang mendidik.

Advertisements

“Rata-rata karena minimnya pengetahuan, bisa gara-gara ekonomi. Pendidikan mereka yang kadang hanya tamatan SMP juga mempengaruhi. Termasuk, karena bebasnya lingkungan sekitar dan pola pergaulan,” ungkapnya.

Dijelaskanya, dari 147 data yang dimiliki, semuanya hampir merata tersebar di seluruh Kecamatan di Mura, diantaranya Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK) 3 orang, Muara Beliti 17 orang, Muara Kelingi 25 orang, Muara Lakitan 19 orang, Megang Sakti 10 orang, Selangit 8 orang, Tuah Negeri 14 orang, Bulang Tengah Suku (BTS) Ulu 12 orang, Suka Karya 5 orang, Sumber Harta 5 orang, Purwodadi 8 orang dan STL Ulu Terawas 21 orang.

“Bisa dikatakan hampir semua Kecamatan di Kabupaten Mura ada pernikahan dini. Namun jumlahnya tidak merata. Paling tinggi di Kecamatan Muara Kelingi, paling sedikit di Suka Karya,” jelasnya.

Guna meminimalisir angka tersebut, ke depan Badan KB akan bekerjasama langsung dengan Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di 14 Kecamatan yang ada di Kabupaten Mura, untuk melakukan sosialisasi resiko pernikahan di bawah umur.

“Untuk tahun 2016 kita sudah mulai bergerak menggelar sosialisasi. Namun, untuk saat ini baru kepada anak-anak SMP di masing-masing kecamatan, karena memang masa SMP sudah masuk masa produktif dan paling rentan melakukan pernikahan di usia dini,” jelasnya.

Pihaknya pun mengaku, akan lebih memfokuskan melakukan sosialisasi kepada anak-anak SMP, karena dirinya menilai bahwa masa SMP belum siap untuk membina rumah tangga. Ditambah lagi, dengan organ reproduksi yang dinilai belum siap.

“Inilah salah satu penyebab angka kematian ibu dan anak tinggi. Kami juga meminta dukungan semua pihak termasuk para orang tua, karena sosialisasi bukan bertujuan negatif, melainkan bentuk perhatian pemerintah kepada masyarakat agar generasi kedepan bisa jauh lebih baik lagi. Orang tua juga jangan berpangku tangan, bukan hanya di sekolah, di rumah juga harus diingatkan. Bahkan, lebih bagus bila diberikan pemahaman pendidikan agama sebanyak mungkin, untuk mencegah pernikahan dini,” ungkapnya. (Ain)‎

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.