Ketua DPD RI Desak Pemerintah Proteksi Pasar Lindungi IKM

Senin, 5 April 2021
Ketua DPD RI LaNyalla Mattiliti setiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (4/4/2021).

Balikpapan, Sumselupdate.com – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah memproteksi pasar demi melindungi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari serbuan produk impor yang dipasarkan secara online.

Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 membuat sejumlah pihak menggunakan jasa e-commerce untuk memasarkan produk mereka. Salah satunya produk impor tekstil yang merajalela di pasaran.

Bacaan Lainnya

Dampaknya dirasakan pelaku IKM ditandai dengan menurunnya omset penjualan.
LaNyalla menilai e-commerce sangat besar pengaruhnya terhadap produk impor, baik konsumsi kebutuhan rumah tangga maupun pakaian jadi.

“Keluhan yang dirasakan di tengah-tengah program pemerintah terkait program pemulihan ekonomi nasional adalah pelaku usaha garmen merasakan sulitnya penjualan produk karena tidak mampu bersaing. Padahal harga terbilang lebih murah dan kualitas pun lebih baik,” ujar LaNyalla sesaat setelah mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (4/4/2021).

“Jika hal ini dibiarkan, kita akan menghadapi kematian industri kecil menengah dan bersiap menghadapi permasalahan sosial yang besar,” kata LaNyalla.

Dia mendesak pemerintah agar menyelesaikan regulasi yang memproteksi pasar. Pasalnya, hingga kini hal tersebut belum juga dirampungkan pemerintah. “Ini urgent dan harus menjadi prioritas hingga saatnya kita mampu bersaing di pasar bebas,” tegasnya.

Industri Kecil dan Menegah (IKM) tekstil mengalami penurunan penjualan disebabkan pandemi Covid-19 dan banjir produk impor di pasaran. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia menyebutkan produk impor tekstil tidak hanya terjadi di pasar swalayan, namun juga masuk ke marketplace.

Data Indotextiles yang menyebutkan, sepanjang 2020 produksi garmen IKM mencapai sekitar 641.000 ton. Di Jawa Barat banyak sekali produksinya, misalnya sentra rajut binong di Bandung. Mereka produksi terus-menerus dengan pekerja yang juga banyak. (duk)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.