Jakarta, Sumselupdate.com- Wakil Ketua MPR Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid (HNW) menerima delegasi Pimpinan Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Indonesia (ITHLA) di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (24/11/2023).
Delegasi ITHLA dipimpin ketua Khoeriyah Ajeng Prasasti.
Kepada Wakil Ketua MPR, Khoeriyah Ajeng Prasasti menyampaikan rencana ITHLA menyelenggaran Muktamar ITHLA ke XI, Senin-Kamis (27-30/12/ 2023).
Muktamar ITHLA diselenggarakan akhir tahun, untuk mengingatkan masyarakat akhir tahun itu 18 Desember merupakan Hari Berbahasa Arab Dunia.
Dan kehadirannya bertemu Wakil Ketua MPR untuk mengundang HNW menjadi salah satu narasumber pada seminar dalam rangkaian kegiatan Muktamar.
Pada kesempatan itu Khoeriyah Ajeng Prasasti juga menyampaikan bahwa organisasi yang dipimpin memiliki ribuan anggota di 140 perguruan tinggi di Indonesia.
Selain itu, ITHLA juga memiliki anggota di empat negara Asean, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand serta Brunei Darussalam, yang masing- masing satu perguruan tinggi.
“Kami sudah berdiri sejak sebelas tahun terakhir. Selama ini sudah banyak kegiatan kami laksanakan. Antara lain, pengajaran dan pengembangan Bahasa arab. Juga pengiriman mahasiswa melakukan kegiatan sosial di Thailand dan Malaysia,” kata Khoeriyah Ajeng Prasasti.
Menanggapi hal tersebut, HNW mengapresiasi keberadaan serta upaya ITHLA membumikan Bahasa arab di kalangan Masyarakat. Apalagi mahasiswa yang bergabung dalam ITHLA berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, tidak semua dari pondok pesantren.
Hidayat berharap, kehadiran ITHLA turut berperan mengurangi maraknya arabphobia, yang sempat marak terjadi di Indonesia.
Memasyarakatkan Bahasa Arab, menurut HNW bukan berarti anti bahasa Indonesia. Karena membumikan Bahasa Arab juga memiliki makna meneruskan kenegarawanan yang dulu dipraktekkan para bapak bangsa, bahkan sejak era sumpah pemuda.
“Bahasa Indonesia banyak menyerap suku kata dari Bahasa Arab. Itu bisa dibuktikan dengan banyaknya istilah berasal dari bahasa Arab pada sila-sila Pancasila seperti adil, adab, kerakyatan, hikmat, permusyawaratan, perwakilan.
Dan semua anggota Panitia 9 yang merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, menyepakati dan tidak sda menolak keberadaan istilah- yang diserap dari bahasa Arab tersebut.
Jadi kalau rekan-rekan mahasiswa sekarang membumikan Bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, berarti meneruskan apa yang dulu dilakukan oleh para pendiri bangsa. J
angan sampai karena tidak tahu sejarah, muncul arabphobia, bahkan sampai menyalahkan pengucapan akad nikah yang memakai bahasa Arab, padahal itupun sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia,”kata HNW.
Dia berharap, kiprah ITHLA membumikan Bahasa Arab bisa memupuk kecintaan masyarakat dan para akademisinya untuk memperdalam penguasaan Bahasa Arab dan itu sesuai dengan sikap para bapak bangsa di awal perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Apalagi, jumlah anggota yang tergabung dalam organisasi, ini sangat besar. Diharapkan, cara ini bisa meningkatkan antusiasme dan kualitas perguruan tinggi Islam di Indonesia, yang selama ini kerap mendapat sorotan.
Maka baik juga kalau mau melihat dan belajar kepada perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam di Indonesia yang sudah sukses dalam mengembangkan dan menguasai Bahasa Arab, salah satu Unida Gontor. Sehingga bisa mengetahui model dan prakteknya untuk mempercepat kemampuan berbahasa arab, sebagai bahasa intelektual dan bahasa internasional. (duk)