Jakarta, Sumselupdate.com – Akibat cuaca ekstrem global di negara eksportir utama yakni Australia dan Indonesia, kondisi di negara importir utama, yakni Australia dan Indonesia serta situasi pasar gas alam, harga batu bara diprediksi akan menguat pada pekan ini.
“Harga batu bara pekan ini diperkirakan akan bergerak pada resistance US$ 160-US$ 180 per ton, apabila mendapat katalis negatif, harga berpotensi turun mencapai support di US$ 130-US$ 110 per ton,” kata Research and Development ICDX Girta Yoga dikutip Beritasatu.com dari Investor Daily, Senin (21/8/2024).
Yoga mengatakan hingga saat ini aksi mogok kerja pekerja LNG di Australia masih belum menemukan kesepakatan, sehingga akan mengerek harga gas alam. Dampak lebih lanjut akan berdampak pada harga batu bara. Situasi tersebut terjadi di tengah sinyal kenaikan permintaan negara-negara pengguna gas alam yang saat ini menghadapi efek gelombang panas.
Yoga menilai, harga batu bara berpotensi tetap di atas US$ 150 per ton dalam beberapa waktu ke depan. Permintaan batu bara di pekan ini masih akan tetap bullish, dengan penggerak utama dari Tiongkok yang berkomitmen memberikan stimulus tambahan pada sektor industri. “Stimulus tersebut termasuk batu bara yang saat ini produksi hariannya telah turun ke level terendah dalam 9 bulan,” tutupnya.
Sementara, pada pekan lalu, harga batu bara menguat tipis sebesar 0,34%. Selama Agustus 2023, harga batu bara terpantau bergerak menguat sebesar 9%. “Dilihat secara year to date (ytd) hingga penutupan pekan ketiga Agustus, harga batu bara mengalami penurunan sebesar 62,27%,” ungkapnya. (bsc)