Gelar Diskusi dan Workshop, JIS Hadirkan 4 Wanita Inspiratif di Bidang STEM

Senin, 17 Februari 2020
Talshow JIS yang menghadirkan empat wanita inspiratif

Jakarta, Sumselupdate.com – Jakarta Intercultural School (JIS) telah menggelar ajang Generation STEM berupa diskusi dan workshop yang menghadirkan para pembicara-pembicara inspiratif di kampus Cilandak, Jakarta Selatan. Generation STEM digagas untuk mendorong minat siswa dan masyarakat umum terhadap sains, teknologi, teknik dan matematika (science, technology, engineering and mathematics).

Acara ini merupakan inisiatif social entrepreneurship yang melibatkan murid-murid kelas 10, Jakarta Intercultural School, yaitu Carolene Adeline, Muhammad Khan, Matthew Sutanto, Arielle Susanto, Aaron Tandiono.

Bacaan Lainnya

Setiap tanggal 11 Februari, dunia merayakan Hari Wanita dan Anak Perempuan di Bidang Sains Sedunia atau International Day of Women and Girls in Science yang digagas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Momen ini dimanfaatkan oleh seluruh dunia untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran wanita dalam bidang sains, serta mendukung lebih banyak wanita meraih sukses di bidang STEM.

Pengajaran STEM merupakan pendekatan pendidikan dengan sains, teknologi, teknik dan matematika sehingga anak dapat berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, siap menjadi warga global, komunikator, kolaborator, pemimpin, kreator dan wirausaha.

“Dengan menguasai bidang STEM, siswa maupun siswi dapat memiliki potensi tak terbatas. Dunia terus berubah dan kita melihat bidang ini memiliki peran yang semakin penting setiap tahun. Penguasaan teknologi dan kemampuan berpikir logis dan kritis adalah kunci sukses mereka di masa depan, dan dunia harus bahu membahu mempersiapkan lebih banyak pemimpin wanita di bidang ini dibandingkan saat ini,” ujar Dr Tarek Razik, Head of School JIS.

Para pembicara yang tampil dalam ajang Generation STEM adalah Tengku Alia Sandra, salah satu pemimpin wanita dalam proyek pembangunan Mass Rapid Transit Jakarta, Captain Esther Gayatri Saleh, satu-satunya pilot uji wanita di Indonesia, dan Vania Radmila, mobile engineer di Go-Jek dan salah satu pencetus Generation Girl, organisasi non profit yang membawa misi besar meningkatkan kesadaran perempuan tentang science, technology, engineering, and mathematics (STEM) dan Tania Soerianto, Product Manager di Traveloka dan Business Developer di Generation Girl.

“Stigma soal gender terkadang memang menganggu. Namun itu bukanlah batasan bagi wanita untuk mencapai apa yang diinginkan. Nyatanya banyak wanita yang berhasil dengan pekerjaannya. Dengan ditampilkannya para wanita hebat ini, maka diharapkan banyak wanita yang terinspirasi untuk terus maju. Kami ingin wanita bisa melakukan apapun yang dia mau. Termasuk di bidang STEM yang biasanya disebut dunia laki-laki,” ujar Carolene Adeline.

Tengku Alia Sadra, misalnya. Ia baru memulai kariernya di perusahaan transportasi publik sejak tahun 2017, dan kariernya terus menanjak. Sebelum berkarier di MRT, Alia sempat bekerja di beberapa perusahaan telekomunikasi di Australia. Ia sempat menjadi designer hingga signaling engineer.

“Saat itu terdapat 15 orang dalam tim dan saya satu-satunya perempuan, tapi itu tidak masalah. Memang perlu adaptasi, namun ketika laki-laki bekerja sebanyak satu kali, kita perlu 2 kali lebih banyak,” sebut Alia.

Product Manager Traveloka, Tania Soerianto, juga menceritakan bagaimana dirinya bisa berada di titik ini. Meski berkarier baru 2,5 tahun di start up unicorn tersebut, saat ini ia menjadi pimpinan bahkan membawahi belasan laki-laki.

“Kita sama-sama memiliki waktu 24 jam. Namun selama itu adalah passion, maka bisa dikombinasikan. Meskipun sebenarnya kita punya beberapa dunia sekaligus dan bisa dibilang sulit. Namun, itu tetap bisa dilakukan,” sebut Tania.

Capaian karier gemilang juga diraih Captain Esther Gayatri yang merupakan satu-satunya pilot uji wanita di Indonesia. Namun, beragam rintangan sudah dihadapi bahkan sebelum memulai karier. Pasalnya, latar belakangnya saat itu yang bukan dari tingkat sarjana, membuatnya dipandang sebelah mata. Ditambah, pilot wanita merupakan hal yang sangat tabu kala itu.

“Dulu penerbang wanita tidak disukai. Saya ajukan ke banyak airline, mereka bilang sorry ini hanya untuk pria. Tapi oke tidak apa-apa. Saat itu, hanya Pak Habibie dengan PT Dirgantara Indonesia yang menerima saya,” kenang Esther.

Namun, setelah diterima pun ternyata kariernya tidak bisa dibilang mulus. Bahkan dia sempat terpikir untuk berhenti setelah 8 tahun mengabdi. “Saya hampir keluar saat itu, karena orang meragukan kemampuan saya, Ini perempuan bisa kerja ngga sih? Apalagi saya tidak punya bachelor degree. Namun saya jalan terus. Ternyata empat tahun kemudian, saya dipromosikan menjadi kapten,” sebutnya.

Mobile engineer Go-Jek, Vania Radmilla, mengungkapkan bahwa kemampuan beradaptasi adalah salah satu kunci suksesnya. “Selama kita bisa menunjukkan bahwa kita paham pekerjaan dan kita percaya diri, orang akan respect. Tidak peduli gender. Stigma itu sudah ada sejak beribu tahun lamanya. Selama kita bisa menunjukkan kapasitas, jalan terus,” sebut Milla.

Selain talkshow para wanita inspiratif, ajang ini juga menggelar 8 workshop STEM yang melibatkan para professional di bidangnya. Seluruh keutungan dari acara ini akan disumbangkan kepada Yayasan Helping Hands Indonesia, organisasi non-profit yang berjuang untuk kesetaran hak bagi komunitas penyandang disabilitas dengan misi memberdayakan anak muda difabel agar menumbuhkan kepercayaan diri, kemandirian dan ketangguhan melalui program-program inklusif dan kolaboratif. (adm3/rel)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.