Palembang, Sumselupdate.com – Potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumsel semakin meningkat dengan musim yang mulai memasuki kemarau ini. Bahkan beberapa waktu lalu, lahan di dekat jalan tol Palembang-Indralaya (Palindra) sudah terbakar seluas lima hektar.
Berdasarkan data yang diungkapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, setidaknya 244 titik api (hotspot) sudah bermunculan sejak awal Januari hingga akhir Juni 2019 ini. Sebarannya merata hampir di seluruh 17 kabupaten/kota yang ada di wilayah tersebut.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori, mengatakan jumlah 244 tersebut lebih banyak dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni 201 hotspot.
Titik api terbanyak ditemukan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni sejumlah 49 hotspot. Kemunculan hotspot tahun ini, ujar Ansori, 80 persen berpotensi merupakan karhutla.
“Diprediksi bakal terus meningkat seiring memasuki musim kemarau. Untuk Juni sudah ada 28 titik api. Kemungkinan Agustus akan bertambah pada karena kan sudah masuk musim kemarau,” ujar Ansori, dikutip dari CNNIndonesia.com.
Dirinya mengungkapkan, berdasarkan citra satelit Lapan, jumlah titik api pada 2018 meningkat signifikan. Pada Agustus 2018 terpantau 264 titik api dan meningkat lebih dari 200 persen pada September menjadi 673 titik api. Sebanyak 663 titik api terpantau pada Oktober.
“Namun pada tahun lalu, rata-rata yang terbakar merupakan lahan di atas tanah mineral, bukan gambut seperti di Ogan Ilir kemarin. Saat ini, tim pemadam sudah ditempatkan di posko pengendalian kebakaran hutan di seluruh wilayah rawan,” ujar dia.
Sementara itu Gubernur Sumsel Herman Deru berujar, lahan perusahaan perkebunan seluas 5 hektar yang terbakar di Ogan Ilir beberapa waktu lalu masih dalam penyelidikan. Menurutnya, tidak semua karhutla disengaja ataupun adanya kelalaian.
“Bisa jadi faktor alam menjadi penyebabnya. Kadang ya, saya contohkan begini ya. Ini mobil ya, jalan. Ini lahan yang kering, di depannya ada lahan kering. Ini pantulan kaca bisa hidup kan api di situ. Jadi, jangan berpikir ini karena ada kelalaian atau kesengajaan,” ujar Deru.
Selain itu, dirinya pun berujar, pemantik alami seperti gesekan kayu dan ranting kering pun bisa menyebabkan kebakaran. “Gesekan kayunya ya, misalnya ranting di situ, gesek, gesek, gesek, hidup [percikan api],” kata dia.
Dirinya pun sudah mengeluarkan surat keputusan Gubernur Sumsel terkait penetapan status siaga darurat bencana asap dengan surat keputusan nomor 163/KPTS/BPBD-SS/2019. Dirinya pun mengklaim kesadaran masyarakat Sumsel mencegah karhutla semakin tinggi.
“Maka tanpa mikir ada even apa, even internasional atau apa, memang harus kita tangani. Tapi peran serta masyarakat penting,” kata Deru.
Sebelumnya diberitakan, kebakaran lahan terjadi di Desa Pulau Negara dan Desa Palem Jaya, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Selasa (25/6). Lahan yang berada tepat di samping jalan tol Palembang-Indralaya (Palindra) tersebut ditenggarai milik salah satu perusahaan perkebunan.
Kabid Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Supriadi mengatakan, pihaknya membenarkan bahwa lahan yang terbakar tersebut merupakan milik salah satu perusahaan. Namun pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah ada korelasi kebakaran itu dengan perusahaan.
“Kita belum bisa sampaikan karena masih dicek. Itu memang lahan perusahaan disamping tol Palindra,” kata Supriadi.
Supriadi menyebutkan, terdapat anggota polisi yang terjun di lapangan untuk melakukan penyelidikan penyebab kebakaran lahan tersebut. (pto)