109 Nakes yang Dipecat Minta Hak Mereka Dikembalikan

Sabtu, 3 Oktober 2020
Perwakilan Aliansi Mahasiswa Ogan Ilir.

Laporan: Henny Primasari

Indralaya, Sumselupdate.com-Mantan tenaga kesehatan (Nakes) di Rumah Sakit Ogan Ilir (RSUD), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), kecewa dengan belum adanya kejelasan tentang status mereka.

Terlebih sudah beberapa bulan sejak pihak Ombudsman Sumsel melakukan investigasi, hasilnya juga belum terlihat. Mereka menilai Bupati Incumbent yang saat ini tengah cuti karena berkampanye Ilyas Panji Alam dan Dirut RSUD OI Roreta terkesan dzolim dan meminta haknya dikembalikan.

Bahkan SK pemecatan 109 orang Nakes di RSUD OI berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Ogan Ilir Ilyas Panji Alam, sampai saat ini belum diterima para Nakes. Mereka hanya melihat SK pemecatan tersebut dari media sosial (Medsos) yang diposting oleh akun tertentu

Advertisements

Deri Hidayat, mantan sopir ambulans di RSUD OI kecewa dan seperti diberi harapan palsu dengan adanya pengusutan kasus maladministrasi Bupati Ogan Ilir tersebut.

“Kami semangat lagi dengan adanya dukungan dari Aliansi Mahasiswa Ogan Ilir, dengan nasib kami. Kami menilai, Bupati dan Dirut RSUD Ogan Ilir melakukan pembohongan publik serta sangat dzolim,” katanya saat dijumpai para perwakilan Aliansi Mahasiswa Ogan Ilir yang Dikoordinatori Robiyanto, Sabtu (3/10/2020).

Menurutnya, 109 orang Nakes yang dipecat merupakan korban dari arogansi kekuasaan Bupati Ogan Ilir, yang tidak menggunakan kebijakan publik. Apalagi masyarakat sudah terlalu banyak mendengar alasan dari Bupati Ogan Ilir, sedangkan mereka belum sama sekali dijelaskan tentang duduk perkara pemecatan tersebut.

Sama halnya diungkapkan AD, salah satu Nakes di bagian IGD RSUD Ogan Ilir yang turut dipecat oleh Bupati OI
Sebelum mereka dipecat, awalnya IGD RSUD OI diserbu banyak pasien Covid-19 sekitar pertengahan bulan Mei 2020. Namun Alat Pelindung Diri (APD) yang disiapkan untuk para Nakes non Satgas Covid-19 sangat terbatas dan tidak ada edukasi penanganan pasien Covid-19 dari pihak manajemen.

“Kami yang bukan tim Satgas yang mengurus pasien Covid-19 itu, sedangkan tim Satgas Covid-19 tidak disuruh. Manajemen meng-anakemaskan mereka. Bahkan saat kami menolak, Kasi Keperawatan langsung menyumpahi kami agar terkena Covid-19,” jelasnya.

Para Nakes non Covid-19 yang ditunjuk untuk mengurus pasien Covid-19 merasa kecewa, karena pihak manajemen RSUD OI menganggap sepele kasus tersebut. Bahkan mereka terpaksa menggunakan baju Hazmat yang dicuci ulang, karena stok dibatasi.

Setelah mereka protes, baru masuk bantuan APD sebanyak 2.500 unit dari donasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Ogan Ilir.

“Lalu kami protes sekitar 150 orang, tapi yang dipecat hanya 109 orang. Padahal belum ada pemecatan secara resmi, tapi dianggap sudah mengundurkan diri,” katanya.

Di tengah kegalauan status mereka, para Nakes tersebut mendapatkan selebaran pengumuman lowongan kerja di RSUD Ogan Ilir pada, Sabtu (16/5/2020).

“Ketua Komisi IV DPRD Ogan Ilir bilang jangan sampai ada pemecatan, tapi Dirut Rumah Sakit tidak mau menemui kami. Hanya beberapa pejabat rumah sakit yang menemui saat kami demo, itu juga tidak bisa memutuskan kebijakan. Bahkan saat ini informasinya sudah ada 48 orang Nakes baru yang diterima,” jelasnya.

Mereka pun menunggu selama 4 hari untuk menanti kepastian, meskipun tidak menemukan poin-poin dari solusi permasalahan tersebut.

“Mungkin kami ada sisi salah juga, tapi pihak Pemkab dan Bupati tidak pernah mengajak berdialog. Seluruh stakeholder membiarkan kami terombang-ambing, bukan dapat penjelasan tapi malah dipecat,” jelasnya.

Dia bersama ratusan Nakes merasa sedih, karena dicap masyarakat mereka melakukan kesalahan karena dipecat secara sepihak.

Ditambahkan AS, mantan perawat di RSUD Ogan Ilir, saat ini dia sudah membuka praktek sunat di tempat tinggalnya.

“Kalau tidak seperti ini, saya tidak ada mata pencaharian. Gaji di sana memang tidak seberapa, tapi kami sayang, karena kami perintis dari pertama. Ya harapan kami dipekerjakan kembali dan tidak putus SK honor kami, karena bagaimanapun ini asa kami yang tersisa,” tambah salah satu bidan yang pernah bertugas di RSUD OI RS.

Koordinator Aliansi Mahasiswa OI Robiyanto didampingi anggota Robi Candra, Edi Apriansyah, Robiyanto, Ivan Ilham mengatakan, sudah pernah bertemu dengan Nakes yang dipecat. Kata dia, mahasiswa dan Nakes siap bergandengan tangan untuk mengawal kasus ini sampai tuntas.

“Bupati Incumbent yang saat ini sedang berkampanye Ilyas Panji Alam dan Dirut RSUD OI Roreta zalim, karena tidak mengindahkan dan melaksanakan saran korektif keputusan Ombudsman. Akibat dari tindakan arogansi ini nasib mereka menjadi terkatung-katung,” jelasnya

Sementara itu, Dirut RSUD OI Roreta belum bisa dikonfirmasi terkait persoalan tersebut. Saat dihubungi, nomor handphone (HP)-nya aktif namun tidak diangkat

Bupati Incumbent yang saat ini tengah cuti karena kampanye Ilyas Panji Alam sebelumnya pernah dikonfirmasi terkait persoalan Nakes yang tak kunjung usai, namun ia malah memilih pergi dan meninggalkan wartawan tanpa menjawab pertanyaan. (**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.