SARS, MERS, nCoV: Varian Virus Corona Manakah yang Paling Bahaya?

Minggu, 26 Januari 2020
Kesibukan tenaga medis dan perawat di Wuhan, China.

Jakarta, Sumselupdate.com – Virus corona terbaru yang kini mewabah oleh para pakar diberi sebutan 2019-nCoV. Sebelumnya dunia menghadapi juga ancaman virus corona lain dalam bentuk penyakit severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).

Virus SARS, MERS, dan nCoV, punya beberapa perbedaan meski masih satu keluarga. Misalnya saja dari sisi penularan dan tingkat kematian.

Mana yang paling berbahaya? Berikut rangkuman detikcom dari berbagai sumber laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO):

1. SARS

WHO menyebut virus SARS pertama kali diidentifikasi di China pada tahun 2003. Sumbernya diduga dari kelelawar yang kemudian berpindah ke musang lalu antarmanusia.

Advertisements

Kala itu SARS menyebar ke 26 negara menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan 774 di antaranya meninggal dunia.

“Kematian akibat SARS biasanya terjadi setelah beberapa minggu sakit. Pemulihan total mungkin memakan waktu lama,” kata WHO.

WHO memprediksi rata-rata tingkat kematian karena SARS sekitar 14 persen sampai 15 persen.

WHO menyebut MERS pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2012. Studi melihat virus corona penyebab MERS ini berasal dari unta.

2. MERS

MERS lebih sulit menular antarmanusia karena seseorang hanya akan terinfeksi bila melakukan kontak fisik dekat dengan orang yang sakit.

“Sebagian besar kasus penularan MERS terjadi dalam fasilitas kesehatan. Oleh karena itu sejauh ini tidak ada penularan manusia ke manusia yang terjadi secara luas di bagian dunia mana pun,” tulis WHO.

Meski angka kasusnya lebih sedikit dari virus corona lain, WHO memprediksi sekitar 35 persen pasien dengan MERS meninggal dunia. Artinya untuk saat ini MERS jadi virus corona yang paling mematikan.

3. 2019-nCoV

Masih banyak hal yang belum
diketahui tentang virus corona baru ini. Sudah lebih dari 1.000 orang
dikonfirmasi terinfeksi oleh virus dan 41 di antaranya meninggal dunia.

Beberapa ahli menduga 2019-nCoV punya sifat yang lebih menular namun dengan
tingkat mortalitas rendah. Laporan terakhir dari WHO pada 23 Januari
2020 hanya sekitar 4 persen pasien dengan nCoV di Wubei, China,
meninggal.(dtc/adm5)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.