Gelar Webinar Internasional, KJRI Jeddah Dekatkan Importir dan Eksportir Pangan Indonesia dan Arab Saudi

Kamis, 16 Juli 2020
Webinar Internasional dengan tema ‘Enhancing Indonesian Food Export to Arab Saudi’

Laporan: A Baihaqie

Jeddah, Sumselupdate.com –  “Kita harapkan kegiatan ini tidak sekadar menambah wawasan pengusaha mengenai peluang serta regulasi dagang di Arab Saudi, namun juga menjadi jembatan bagi pengusaha untuk menjajagi kesepakatan yang konkrit,” demikian ujar Konsul Jenderal RI Jeddah, Bapak Eko Hartono dalam pembukaan Webinar Internasional dengan tema ‘Enhancing Indonesian Food Export to Arab Saudi’ pada 15 Juli 2020.

Selain itu, Konjen Eko mendorong pelaku usaha di Indonesia untuk aktif mencari peluang pasar ekspor dengan terus melakukan kontak dengan perwakilan Indonesia di luar negeri, termasuk di Arab Saudi.

Hadir sebagai keynote speaker dalam acara tersebut Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan, Dr Kasan Muhri yang menjelaskan kondisi perdagangan Indonesia terkini serta peluang dagang yang terbuka lebar bagi eksportir Indonesia yang ingin melebarkan usahanya ke wilayah Timur Tengah.

Advertisements

Menurutnya, Arab Saudi merupakan salah satu pintu masuk bagi produk Indonesia yang ingin menjajagi pasar teluk.

Konjen RI Jeddah, Eko Hartono bersama Tim Ekonomi dan Perdagangan KJRI Jeddah.

 

“Dengan jumlah penduduk lebih dari 30 juta jiwa, serta kunjungan jemaah haji dan umrah yang hampir pasti setiap tahunnya sebesar lebih dari 10 juta kunjungan, Arab Saudi adalah captive market yang perlu diperhatikan bagi pengusaha di Indonesia,” papar Dirjen Kasan.

Masih menurut Dirjen Kasan, konsumsi masyarakat Arab Saudi yang cukup tinggi menjadikannya sebagai salah satu pasar yang menjanjikan bagi berbagai produk makanan dari Indonesia yang saat ini meningkat cukup tinggi.

Dalam webinar yang dihadiri oleh 252 peserta tersebut dan disiarkan secara langsung melalui saluran YouTube KJRI Jeddah, regulator pangan dan obat dari kedua negara, Badan Pengendalian Obat dan Makanan (BPOM), serta Saudi Food and Drugs and Authority (SFDA) juga menyampaikan paparannya mengenai regulasi impor makanan di Arab Saudi yang saat ini mengalami perubahan yang dinamis.

“Saat ini setiap perusahaan makanan, utamanya yang terkait ayam, daging, dan ikan, perlu mendaftarkan diri dan melakukan self-assessment, serta berkoordinasi dengan BPOM sebagai competent authority yang sudah bekerja sama dengan SFDA,” ungkap perwakilan BPOM. Meski demikian, Atdag KBRI Riyadh menyampaikan bahwa dinamika perubahan aturan tersebut merupakan tantangan positif bagi pengusaha di Indonesia.

Sekiranya pengusaha Indonesia bisa menembus pasar Saudi, maka dipastikan akan lebih mudah melakukan penetrasi ke negara-negara tetangga lainnya di kawasan.

Materi dalam webinar internasional.

 

Kegiatan yang berlangsung selama lebih dua jam melalui online tersebut turut mengundang pemilik perusahaan importir Saudi Arraqeeb yang telah mendatangkan cukup banyak produk makanan Indonesia, Mr Mustafa Albayyumi, serta Anggota Kadin Jeddah, Mr Ibrahim Alaqily.

Kedua pembicara menyampaikan tips sukses untuk bisa masuk ke pasar Saudi serta trend pasar produk makanan di Saudi, seperti produk buah, sayuran, makanan olahan, dan ikan.

Webinar ini merupakan tindak lanjut dari permintaan KADIN Jeddah terkait daftar eksportir produk Indonesia utamanya buah dan sayuran yang siap untuk melakukan ekspor ke Arab Saudi beberapa waktu yang lalu. Kegiatan tersebut merupakan upaya perwakilan RI di Jeddah (ITPC Jeddah dan Fungsi Ekonomi) untuk terus mendorong ekspor produk Indonesia ke Arab Saudi di tengah kondisi pandemi saat ini.

Arab Saudi merupakan salah satu mitra dagang tradisional Indonesia, dengan produk kendaraan bermotor dan minyak kelapa sawit sebagai produk unggulan.

Performa dagang Indonesia, utamanya ekspor non migas Arab Saudi, terus menunjukkan indikator positif dengan persentase kenaikan sebesar 0.5 persen untuk periode Januari–Mei 2020 dibanding periode yang sama tahun lalu. Adapun neraca perdagangan kedua negara, meski Indonesia masih mengalami defisit dikarenakan impor minyak, namun menunjukkan tren positif sebesar 39 persen dari tahun lalu. (**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.