Palembang, sumselupdate.com – Nama Anna Kumari Sang maestro tari Sumatera Selatan (Sumsel) yang tak asing lagi namanya.
Memiliki nama lengkap Masayu Anna Kumari telah menjadi seniman sejak usia belia hingga kini telah menciptakan 50 tarian asal Sumsel.
Ia juga dikenal luas sebagai pelestari tradisi berbagai macam kesenian seperti tari, teater, musik, seni suara dan puisi. Selain itu, Anna Kumari memiliki komitmen tinggi terhadap pelestarian seni budaya Palembang.
Ia lahir di Kota Palembang pada 10 November 1945. Keluarganya pada saat itu termasuk kalangan pejuang kemerdekaan yang memegang teguh prinsip adat.
Dilahirkan dari keluarga penyuka budaya. Anna Kumari mengenal tari pertama dari belajar lagu Gending Sriwijaya dari ayahnya.
Sewaktu kecil, Anna Kumari sering diajak orang tuanya menghadiri pernikahan adat Palembang asli, sehingga secara alamiah tumbuh kecintaannya terhadap budaya seni yang dia jalani hingga kini.
Sejak kecil, Anna Kumari dan sang adik, Anwar Fuadi sudah terlihat kecintaan kepada seni. Anwar Fuadi kini fokus menjalani seni peran atau menjadi artis.
Sedangkan Anna Kumari tetap pada fokusnya menciptakan dan melestarikan tarian Sumsel. Meskipun dalam kondisi sakit, Anna Kumari di usianya ke-78 ini terlihat tetap semangat. Dirinya mengalami sakit Anemia Hemalitik dan Lupus.
“Karena itu saya harus sering transfusi darah, saya juga tidak bisa jalan karena kaki patah,” kata Anna Kumari usai menonton Film Dokumenter Anna Kumari di CGV Soma, Selasa (18/7/2023).
Sebagai seorang maestro tari, untuk mengabadikan jejak langkahnya, maka dibuatlah Film Dokumenter Anna Kumari, yang ditayangkan di CGV.
“Saya menciptakan 50 tari. Salah satunya Tari Tepak Keraton dan Tari Selendang Mayang. Seni tari ini tidak berdiri sendiri tapi berhubungan erat dengan seni lainnya,” katanya.
Karena keterkaitan seni tari dengan seni lainnya, dirinya di zaman itu membuka industri kain songket dengan memperkerjakan 50 orang pengangguran dan putus sekolah di sekitar rumahnya di Seberang Ulu.
“Selain tarian, songket, saya juga menciptakan 50 lagu untuk tarian itu lima di antaranya ada yang diciptakan orang lain, makanya saya membuat Band Putri Ayam Molek,” katanya.
Karena kecintaannya kepada seni, Anna Kumari mendapat Upakarti dari Presiden Republik Indonesia (RI) Soeharto pada tahun 1993.
Upakarti tersebut diberikan Presiden kedua RI atas jasa kepeloporan dalam usaha pengembangan industri kecil yang hingga saat ini dikenal dengan Sanggar Kerajinan Anna Kumari.
Selain itu, selama delapan tahun Anna Kumari selalu mengadakan tarian massal yang diikuti oleh 300 anak dari setiap kecamatan di Palembang.
“Saya ciptakan sendiri, namanya Tari Elang, dulu melatih mereka di Stadion Kamboja, panas matahari, tapi saya suka,” katanya.
Tahun 1967 ia mendirikan Sanggar Tari Anna Kumari dengan mencari sendiri penari dari rumah ke rumah agar bersedia berlatih tari di sanggarnya, namun hal tersebut tidaklah mudah.
Tidak hanya sebatas itu, sudah puluhan penghargaan di bidang seni budaya yang ia terima sepanjang hidupnya dari berbagai instansi, perusahaan dan asosiasi.
Selain menari, ia juga menulis ragam buku adat, seperti Perkawinan 7 hari 7 Malam dan Buku Rebo Akhir Tradisi Budaya Palembang.
Kesuksesan Anna Kumari menjadi seorang Maestro Tari Sumsel ini tak lepas dari dukungan sang suami tercinta, H Hakky Alian BA.
“Suami saya seorang ustadz, setiap Jumat memberikan ceramah ke setiap masjid, tapi beliau sangat mendukung saya,” kata Anna.
Anna mengakui, saat menikah dirinya dan suami melakukan perjanjian hitam di atas putih. Dimana isinya tidak boleh melarang Anna Kumari soal berpakaian, dan berkesenian.
“Dia juga mengizinkan saya pergi ke Jepang, setelah dia meninggal saya selalu mencintainya, dia yang mendukung saya sampai seperti ini,” katanya. (Iya)