Tantangan Bangsa Utama Saat Ini Radikalisme dan Intoleransi  

Kamis, 3 Juni 2021
Suasana diskusi daring bertema Pancasila dan Tantangan-Tantangan Kebangsaan, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (2/6/2021).

Jakarta, Sumselupdate.com – Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyatakan, perlu membangkitkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai roh dan jiwa bangsa Indonesia untuk menjawab berbagai tantangan zaman.

“Tidak bisa dipungkiri di era ini muncul berbagai tantangan terhadap kebangsaan kita akibat dinamika di berbagai bidang di dunia,” kata Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Pancasila dan Tantangan-Tantangan Kebangsaan, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (2/6/2021).

Menurut Lestari, dengan berbagai tantangan, bangsa Indonesia perlu menegaskan jati dirinya lewat pengamalan sejumlah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Apalagi, tegas Rerie, sapaan akrab Lestari, Pancasila adalah bagian dari empat konsensus kebangsaan yang diwariskan pendiri bangsa.

Advertisements

Dikatakan, agar mampu menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila anak bangsa harus mampu membumikan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila itu dalam sikap dan perilaku  sehari hari.

Ketua STFK Ledalero, Maumere, Flores, Otto Gusti Madung mengungkapkan, bangsa Indonesia sedang menghadapi sejumlah tantangan yang dapat membahayakan persatuan bangsa.

Tantangan itu, jelas Otto, antara lain adalah radikalisme agama, globalisme ekonomi, kesenjangan sosial, dan korupsi.

Dikatakan Otto, bangsa Indonesia berada dalam pergaulan global.

Karena itu, kata dia usaha untuk meghidupi Pancasila sebagai landasan etis kehidupan bangsa harus ditempatkan dalam dialog dengan etika politik global yakni faham hak-hak asasi manusia.

Direktur Eksekutif Wahid Institute, Mujtaba Hamdi berpendapat dengan kondisi Indonesia yang terdiri dari 17.441 pulau dan 633 suku bangsa, Pancasila sangat dibutuhkan sebagai perekat dari keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia.

Menurut Mujtaba, tantangan bangsa saat ini adalah intoleransi dan radikalisme. Berdasarkan survey Wahid Institute, ujarnya, kepercayaan masyarakat terhadap Pancasila dan UUD 1945 dalam menjawab tantangan kebangsaan saat ini, cukup tinggi, sekitar 82 persen.

Dengan kondisi tersebut, menurut Mujtaba, penting untuk tetap membuka ruang dikusi terkait pemahaman nilai-nilai kebangsaan, agar tetap memberikan kewarasan berpikir anak bangsa dalam menjawab tantangan yang ada saat ini.

Direktur Eksekutif Akar Rumput Research & Consulting, Dimas Oky Nugroho mengungkapkan berdasarkan data BPS 2020, kelompok usia 16-39 tahun tercatat 64 juta orang.

Dengan kondisi itu, jelas Dimas, peran generasi muda sangat besar untuk terlibat aktif dalam proses membangun bangsa di masa datang.

Karena itu, tambahnya, nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 harus benar-benar dipahami oleh generasi muda.

Menurut Dimas, perlu upaya agar generasi penerus bangsa itu mendapatkan pendidikan yang lebih dalam terkait nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila, bukan sekadar indoktrinasi atau jargon.

Tetapi, tegasnya, sebuah sistem yang mampu meningkatkan pemahaman generasi muda sehingga mampu menerapkan nilai-nilai tersebut.

Untuk itu, tegasnya, kita memerlukan kebijakan publik yang konsisten dan keteladanan yang mampu mengakselerasi pemahaman anak bangsa terhadap pelaksanaan nilai-nilai yang diwariskan para pendiri bangsa itu.

Ketua Umum NU Circle, Gatot Prio Utomo mengungkapkan, tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah disintegrasi politik dan sosial, teokratisme, oligarki dan korupsi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, jelas Gatot, pembangunan ideologi harus senafas dan sebangun dengan pembangunan karakter anak bangsa.

Menurut Gatot, dalam membentuk jati diri bangsa perlu perpaduan antara pemahaman ideologi dan karakter individu anak bangsa yang kuat. (duk)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.