Setelah Teror Harimau Kini Corona, Pendapatan dari Sektor Pariwisata di Kota Pagaralam Kian Tergerus

Sabtu, 4 April 2020
Keindahan Gunung Dempo di Kota Pagaralam menjadi andalan pemerintah setempat dari sektor pariwisata untuk menunjang PAD.

Pagaralam, Sumselupdate.com – Setelah teror serangan harimau Sumatera yang terjadi dari November 2019 hingga Januari 2020 yang memakan banyak korban jiwa, masih membekas di ingatan petani kopi di Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan.

Teror hewan buas itu mulai surut pasca-tertangkapnya seekor harimau Sumatera di Desa Plakat, Kecamatan Semendo, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan (Sumsel).

Bacaan Lainnya

Kini, setelah teror harimau berlalu, muncul virus Corona atau Covid-19 yang mewabah di seluruh negara termasuk di Indonesia.

Kekhawatiran akan tertularnya virus yang berasal dari sebuah pasar makanan laut Huanan di Kota Wuhan, China, membuat masyarakat enggan bepergian. Terlebih pemerintah menerapkan kebijakan physical distancing sebagai cara pencegahan penyebaran virus Corona.

Kondisi ini berdampak pada sektor pariwisata di Indonesia. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Januari 2020 tercatat menurun 7,62 persen dibanding Desember 2019 baik melalui pintu udara, laut, maupun darat.

Sejalan dengan itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel klasifikasi bintang ikut turun di angka 10,22 poin pada Januari 2020 dibanding Desember 2019, hampir di semua Provinsi di Indonesia, termasuk di Kota Pagaralam, Sumsel.

Dampak teror harimau dan Covid-19 sangat berimbas bagi Pemkot Pagaralam. Sektor pariwisata sebagai andalan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pagaralam seolah ‘babak belur’.

Dinas Pariwisata Kota Pagaralam memperkirakan kehilangan potensi pendapatan lebih dari 50 persen.

Separuh lebih pendapatan yang harusnya masuk PAD melayang setelah wisatawan dari dalam maupun luar Kota Pagaralam, membatalkan untuk berkunjung ke kota yang terkenal dengan keindahan Gunung Dempo ini.

“Hitungannya kami perkirakan penurunan pendapatan wisatawan 50 persen,” kata Plt Kepala Dinas Pariwisata, Muhammad Berilian, ST, Msc saat ditemui Sumselupdate.com di kantornya Komplek Perkantoran Gunung Gare Kota Pagaralam, Jumat (3/4/2020).

Muhammad Berilian menjelaskan, hilangnya potensi pendapatan dari sektor pariwisata ini, di mana pada bulan Desember 2019 saat pergantian tahun, banyak wisatawan membatalkan niatnya berlibur di Pagaralam akibat teror harimau.

ilustrasi Virus Corona atau Covid-19.

 

Sedangkan pada bulan Januari sampai Maret 2020 biasanya digunakan untuk berlibur di musim panas, justru jumlah kunjungan wisatawan anjlok.

Menurut Berilian, dampak dari virus Corona terhadap sektor pariwisata akan terasa hingga pertengahan tahun ini. “Walaupun virus Corona diprediksi selesai di tiga bulan ini, dampaknya di pertengahan tahun ini masih terasa,” tandasnya.

Salah satu tokoh masyarakat Kota Pagaralam, Arudji Kartawinata mengatakan, pendapatan masyarakat dan pemerintah yang mengandalkan dari sektor pariwisata di Kota Pagaralam sangat terpukul dengan dampak penyebaran virus Corona.

Terlebih lagi, di penghujung tahun 2019 terdampak juga akibat teror serangan harimau, sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Pagaralam kian tergerus.

Mantan anggota DPRD Sumsel ini mengatakan, bencana pandemik Covid-19, bukan hanya berpengaruh terhadap sektor pariwisata, namun juga berdampak terhadap sektor pertanian hingga UMKM.

Pelaku UMKM tidak bisa menjalankan usahanya karena semua orang dianjurkan untuk tidak keluar rumah jika tidak penting benar.

Arudji mengatakan, dampak pandemik virus Corona ini juga dipastikan kegiatan perekonomian lumpuh entah berapa lama.

Apalagi jika diberlakukan lockdown, pemerintah harus menanggung biaya hidup rakyatnya. Jika pemerintah pusat tidak mampu akan menjadi beban pemerintah daerah.

Dikatakannya, Pemkot Pagaralam dengan APBD sekarang sudah dipastikan tidak mampu. Ini berbanding terbalik dengan Pemkab Muba yang menganggarkan Rp500 miliar untuk penanganan Covid-19. Angka itu lebih dari separuh APBD Pagaralam.

“Dikaitkan dengan PAD Pagaralam, dalam kondisi normal PAD Pagaralam hanya kisaran 5% atau di bawah 10% dari total APBD idealnya 20-25% dari APBD. Dengan kondisi sekarang sektor mana yang bisa menunjung PAD Kota Pagaralam. Bisa saja PAD nihil karena tidak ada potensi sumber PAD dari sektor pajak dan retribusi daerah. Mudah-mudahan saya salah, karena saya bukan siapa-siapa, untuk mengingatkan dan antisipasi pasca-bencana global Covid-19,” tuturnya.

Untuk diketahui APBD Kota Pagaralam tahun 2020 sebesar Rp740.802.071.206. Total APBD Pagaralam itu terdiri dari Pendapatan Asli Daerah Rp65.337.500.844, Dana Perimbangan  Rp643.586.903.000 dan lain lain, kemudian pendapatan Asli Daerah yang sah Rp31.877.667.322.

Untuk Anggaran Belanja total sebanyak Rp741.302.071.206 dengan rincian Belanja tidak Langsung Rp337.597.792.549 dan Belanja Langsung Rp403.704.278.657.

Sedangkan pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan daerah sebesar Rp2.500.000.000 dan Pengeluaran Pembiayaan daerah sebesar Rp2.000.000.000. (ric)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.