Munajat untuk Nanggala
Nanggala 402
berpuluh tahun sudah kau jaga kedaulatan negeri
bekerja tanpa sanjungan
berkarya tanpa pujian
selalu setia arungi samudera pengabdian
meski dalam gelap dan senyap
berkat keteguhanmu
pada motto “Wira Ananta Rudira” -Tabah Sampai Akhir
dan semboyan “Nagabaswara Jalayudha Pamungkas”
Nanggala, digdayamu tak diragukan
kau pengejut lawan
diammu mematikan
senyapmu melenyapkan
Nanggala, kini tabahmu dalam ujian
sejak kau dan lima puluh tiga awakmu
hilang kontak dan dinyatakan tenggelam hari ini
di tengah kabar dukamu ini
sungguh kau tak sendiri
sebab pemilikmu, rakyat Indonesia
terlihat berjubel berunjuk simpati
bahkan mereka pun tak henti bermunajat
agar Tuhan menjaga dan menyelamatkanmu
tanpa limit waktu
Pamit Berlayar
di perairan utara Bali kau menghilang
meninggalkan istri
memenuhi panggilan tugas
dengan berbalut pilu, sang istri pun bercerita
tentang terakhir kali kau berkirim pesan
pada dini hari, satu jam sebelum kontakmu hilang:
“Mas pamit untuk berlayar dan minta doa supaya lancar”
dalam baluran air mata
kini sang istri hanya bisa berharap dalam doa
semoga kau segera ditemukan dalam selamat
agar bisa kembali bersama-sama
menatap bingkai foto di dinding rumah
yang berisi gambar dirinya dan dirimu yang gagah
berseragam putih-putih dan berbaret biru tua
Firasat Anak
berjeda waktu sebelum kabar sedih datang
seorang anak menampilkan firasat
seakan tahu apa yang bakal terjadi
dia pun mengunci ayahnya di kamar
merengek agar sang ayah tak keluar
pergi menyelam bersama Nanggala 402
bukan tak cinta pada anak
bukan tak peduli firasat anak
tapi demi menjunjung tinggi jiwa patriotik
sang ayah tetap pergi bertugas
sebab setiap waktu adalah pengabdian
sebab patuh pada tugas adalah kemuliaan
hingga dia pun mesti ikhlas
saat harus berpisah dengan keluarga
Penantian Istri
siapa yang tak tersayat hati
saat melihat wanita bertetes air mata
melelehi perut hamilnya
begitu sang suami terkabar tenggelam bersama kapal
yang belum juga ditemukan
siapa yang tak larut dalam pilu
kala melihat sang istri itu tak henti menunggu
kehadiran sosok tercintanya
sembari menselancari momen-momen romantis
juga menatap lekat foto-foto pernikahan mereka
yang belum genap satu tahun usianya
dengan cinta dan setianya
dia pun masih terus berharap
sang suami dan rekan-rekannya di KRI Naggala 402
segera naik ke permukaan dan bersandar di dermaga
untuk mengakhiri penantian gelapnya
Waktunya Pulang
kenapa kau belum pulang
bukankah kau telah berjanji
kau akan pulang
setelah berlayar selama enam hari
kini, enam hari itu sudah terlewati
tapi kenapa kau belum juga hadir menemui
Mas, segeralah pulang
satu hal yang perlu kau tahu
yang menunggumu itu bukan hanya aku
tapi juga buah hatimu
yang tak sabar lagi ingin bermain denganmu
*) Solehun adalah pelaku sastra kreatif, tinggal di Palembang.