Merintis Entrepreneur Sejak Kuliah

Sabtu, 27 Februari 2016
Mahasiswa Entrepreneur (Ilustrasi)

Palembang, Sumselupdate.com- Tahukah Anda, negeri ini masih sangat kekurangan entrepreneur, yakni jumlah pengusahanya masih kurang dari dua persen dari total penduduk. Padahal, di negeri sekecil Singapura, jumlah pengusahanya mencapai 7,2 persen dan perekonomiannya maju pesat. Sebaliknya, dengan segala sumber kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, mayoritas penduduk negeri ini justru masih miskin.

Kekurangan sosok entrepreneur tentunya lambat laun akan teratasi jika sistem pendidikan kita berhasil direorientasi, dari pola mendidik untuk menjadi pegawai diubah menjadi entrepreneur; dari mengarahkan kita sebagai kuli menjadi kreator. Untuk itu, pembelajaran entrepreneurship harus diperkuat. Peserta didik harus dibina sebagai sosok yang berani mengambil resiko, tajam mencium peluang bisnis, atau memiliki kecakapan hidup (life skills).

Pada saat bersaman, juga harus ada perubahan mindset orang tua yang cenderung menginginkan anaknya setelah lulus menjadi pegawai/karyawan sebagai ukuran kesuksesan, daripada melihat anaknya memutuskan membangun usaha secara mandiri.

Berawal dari Kampus

Advertisements

Para lulusan universitas hendaknya jangan semata-mata mengharapkan bisa bekerja selepas kuliah. Tapi harus juga bisa menciptakan lapangan kerja baru. Untuk itu, harus ada perubahan mindset Universitas yang sebelumnya hendak menciptakan lulusan siap kerja, menjadi menciptakan lulusan siap berusaha.

Pada tahun 2008, mendiang pengusaha Bob Sadino pernah berujar di sebuah forum mahasiswa Universitas Indonesia, ”Siapa saja yang ingin menjadi entrepreneur, keluarlah dari kampus setelah acara ini dan jangan kembali ke sini lagi”. Dia pun melanjutkan provokasinya, ”Kalau mau jadi entrepreneur, mulailah dari sekarang. Jangan berencana mulai setelah lulus kuliah. Apalagi, kalau Anda berusaha lulus dengan indeks prestasi tinggi, besar kemungkinan muncul harapan dan iming-iming untuk jadi pegawai”.

Memang benar, jika baru lulus, kita kerap dihadang susahnya mencari lowongan kerja. Sudah melamar sana-sini, tapi belum ‘keterima’. Tidak jarang, meski nilai IP (indeks pretasi) kita sangat memuaskan, toh kita masih dihadapkan dengan tingkat persaingan tenaga kerja yang ketat. Bahkan nasib baik pun akhirnya belum jua menghampiri kita. Itu karena jumlah lulusan yang mencari lapangan pekerjaan sangat banyak dan tidak sebanding dengan lowongan pekerjaan yang tersedia.

Pada sistuasi seperti ini, ada baiknya jika para mahasiswa mencoba untuk membuka usaha sendiri (berwirausaha), menjadi entrepreneur kecil-kecilan. Syukur-syukur bisa menjadi entrepreneur sukses. Namun hati-hati, tidak sedikit mereka yang ingin segera meraup untung malah menuai rugi. Biasanya hal ini terjadi karena mereka hanya melihat orang lain sukses di suatu bisnis, misalnya di bisnis A. Akhirnya, mereka ikut-ikutan meniru dan masuk ke bisnis A, tanpa memperhitungkan situasi dan kemampuan yang ada.

Saat ini, banyak pengusaha muda yang memulai bisnis dari kampus alias saat masih kuliah. Trik pertamanya adalah memanfaatkan kampus sebagai pangsa pasar utama bisnisnya. Misalnya membuka jasa pengetikan atau sewa komputer, jasa les bahasa inggris atau les komputer, membuka warung makan murah meriah atau membuka toko kecil yang menjual alat-alat kantor dan kuliah, plus jasa fotocopy. Pola bisnis ini biasanya difokuskan pada kegiatan dalam kampus dan mahasiswa. Beberapa usaha yang berawal dari kampus antara lain Ganesha Operation, Sugema, atau PT. Tirta Maya Cybermedia.

Ada juga yang memulai usahanya karena tekanan ekonomi untuk melanjutkan kuliah. Karena ekonomi lemah, akhirnya “terpaksa” cari usaha sampingan supaya bisa tetap kulaih. Lantas, setelah tamat dari universitas, pekerjaan yang ditekuni juga tak jauh dari bidang bisnis yang dirintis sejak masa kuliah. Contohnya Abdul Latief, Bos Pasaraya, yang memulai bisnisnya dengan berjualan telur di pasar untuk membiayai kualiahnya di Universitas Krisna Dwipayana.

Bagaimana, sudah siapkah Anda berwirausaha sejak masih kuliah? (shn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.