Hidayat Nur Wahid Dorong Pesantren Bersinergi dengan NGO Pro Palestina, Lanjutkan Peran Mensejarah Santri

Penulis: - Minggu, 13 April 2025
Hidayat Nur Wahid Dorong Pesantren Bersinergi dengan NGO Pro Palestina, Lanjutkan Peran Mensejarah Santri. (Foto: Humas MPR RI)

Jakarta, Sumselupdate.com – Wakil Ketua MPR RI Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid (HNW) mendorong pesantren-pesantren yang tergabung dalam Majelis Pesantren Ma’had Dakwah Indonesia (MPDI) untuk menjalin sinergi dengan lembaga swadaya masyarakat (NGO) pro Palestina.

Menurutnya, kolaborasi tersebut tak hanya bermanfaat dalam mendukung perjuangan kemanusiaan, tetapi juga memperluas wawasan santri sekaligus melanjutkan peran sejarah pesantren dalam perjuangan global, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Bacaan Lainnya

“Potensi besar di pesantren, dan sejarah perjuangan Pesantren di Indonesia, penting dijaga dan dilanjutkan sehingga Generasi Emas di pesantren kita bisa bersinergi dengan NGO pro Palestina, dan NGO lainnya, sehingga menghasilkan output yang maksimal baik manfaatnya untuk Palestina maupun di Indonesia. Bila semakin terbiasa bersinergi, berkolaborasi, saling percaya dan saling menguatkan, maka dampaknya akan sangat bagus, baik untuk pesantren dengan para santrinya maupun untuk Indonesia dan Palestina,” kata HNW dalam pertemuan antara MPDI dengan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dan Adara Relief Internasional, di Ruang Rapat Pimpinan MPR di Kompleks Parlemen Jakarta, Jumat (11/4/2025).

Pertemuan dihadiri Ketua Umum MPDI K.H. Ayi Abdul Rosyid didampingi pengurus pusat MPDI, Muqoddam Cholil dari KNRP, Ketua BSMI M. Jazuli Ambari, dan Direktur Utama Adara Relief Internasional Maryam Rachmayani.

Dalam pertemuan ini, HNW menyebut dalam soal Palestina, antara MPDI, KNRP, BSMI, dan Adara, adalah satu karena memiliki kesamaan tujuan, jalan, dan tanggungjawab sehingga sinergi perlu dimaksimalkan.

Selain itu, bagi donatur di pesantren ketika mengetahui komunitas pesantren, santri, dan lainnya, terhubung dengan masalah Palestina, maka akan membuka wawasan mereka bahwa pesantren tidak sekadar lokal tetapi mengglobal, dan pesantren juga melanjutkan peran mensejarah dan mempunyai visi kemanusiaan global.

“Ketika para santri terhubung dengan masalah Gaza, maka diharapkan wawasan pesantren dan santri semakin meluas dan membuat tanggungjawab sejarahnya semakin menguat. Karena memiliki kepedulian kemanusiaan, kemudian berinfak atau minimal mendoakan untuk perjuangan Palestina agar merdeka dan tidak dijajah oleh Israel, maka hal ini sebenarnya mengikuti tradisi besar pesantren di Indonesia,” kata HNW.

Dikatakan pada tahun 1938, atau 10 tahun sebelum Palestina dijajah oleh Israel, para kiai di pesantren terutama kiai dari NU, yaitu KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Wahab Chasbullah, sudah memfatwakan bahwa umat Islam wajib membantu perjuangan rakyat Palestina agar tidak dijajah oleh Israel. KH Hasyim Asy’ari memfatwakan wajib memperjuangkan minimal dengan doa, karenanya dibuatkan Qunut Nazilah. KH Wahab Chasbullah memfatwakan membantu juga dengan dana.

“Jadi, ketika kita dorong pesantren untuk peduli terhadap perjuangan rakyat Palestina dengan doa dan dana sesungguhnya sedang melanjutkan kiprahnya pesantren. Menyambungkan sejarah dalam konteks lokal dan global itu sangat penting agar kita tidak kehilangan pijakan. Kita punya sejarah dan tidak mengada-ada. Kita justru melanjutkan sejarah. Dalam konteks Indonesia, kita melanjutkan apa yang difatwakan oleh kiai-kiai pendiri NU,” papar HNW.(duk)

Bantu Kami untuk Berkembang

Mari kita tumbuh bersama! Donasi Anda membantu kami menghadirkan konten yang lebih baik dan berkelanjutan. Scan QRIS untuk berdonasi sekarang!


Pos terkait