Hari Guru, Menag Imbau Guru jadi Lebih Milenial

Senin, 26 November 2018
Menag Lukman saat menghadiri Puncak Acara Hari Guru Nasional di Dyandra Convention Center, Surabaya

Surabaya, Sumselupdate.com – Pada puncak perayaan Hari Guru Nasional, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berpesan kepada para guru agar memiliki paradigma milenial. Bagi Lukman, ada dua hal yang perlu untuk disikapi guru.

Pertama yakni globalisasi, hal ini membuat manusia merasa seolah tanpa batas. Hal ini pun berbanding lurus dengan kaburnya batas nilai dan budaya. Menurut Lukman, tak hanya membawa paham yang bertolak belakang dengan nilai ke-Indonesiaan, juga bisa bertolak pada pemahaman agama.

“Bila tidak diwaspadai, itu semua akan merusak tatanan kehidupan dan nilai-nilai yang kita anut” pesan Lukman saat menghadiri Puncak Acara Hari Guru Nasional di Dyandra Convention Center, Surabaya, Minggu (25/11/2018).

Sementara yang kedua yakni disrupsi teknologi. Menurut Lukman hal ini ditandai dengan munculnya berbagai inovasi perangkat yang berbasis artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Terlihat dari anak didik masa kini yang tak bisa dilepaskan dari perangkat digital virtual dari hidupnya.

Memang jika dilihat dari dunia pendidikan, era ini memiliki dampak positif. Tetapi hal ini juga bisa menyebabkan dehumanisasi atau ketercerabutan sisi kemanusiaan dari diri bangsa.

“Kita sering mengalami, berkumpul dengan keluarga tetapi tidak saling bicara. Itu bukti bahwa dehumanisasi sudah mempengaruhi kehidupan kita,” kata Lukman.

Dengan fenomena ini, Lukman menambahkan pendidik mendapat tantangan yang sangat serius. Untuk itu, para guru dituntut lebih memberikan perhatian terhadap persoalan ini.

“Guru harus dapat meneguhkan posisi anak didik agar tetap berada dalam jatidiri bangsa Indonesia yang relijius dan agamis” imbuhnya.

Lukman berpesan agar para pendidik tak lupa memperkenalkan ilmu agama kepada muridnya agar dapat memilah dampak positif dan negatif dari tantangan globalisasi dan disrupsi era ini.

“Saya ingin menegaskan kepada para pendidik kita, agar menyadari tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi serta menyikapinya dengan benar dengan menjaga jatidiri kebangsaan dan keislaman,” pungkasnya. (adm3/dtc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.