Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dampak positifnya adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan, barang, dan jasa, di antaranya adalah pendidikan serta tenaga kerja. Pasar bebas di bidang pendidikan dan tenaga kerja akan memperluas dan memperketat persaingan di antara perguruan tinggi ASEAN dan lulusannya.
Nah, kondisi ini membuat perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia dan khususnya di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mau tidak mau melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia khususnya tenaga pengajar atau dosen.
Satu dari sekian perguruan tinggi swasta yang masih eksis di Sumsel adalah Universitas IBA. Meski harus diakui sejak tahun 1998 terjadi penurunan jumlah mahasiswa setiap tahunnya. Namun hal tersebut tidak menyurutkan perguruan tinggi swasta yang dikenal dengan baju almamaternya berwarna oranye ini terus melakukan terobosan di berbagai bidang.
Lalu, sejauh mana inovasi yang dilakukan Universitas IBA untuk menghadapi tantangan pasar bebas? Upaya apa saja yang sudah dijalankan Universitas IBA dalam meningkatkan mutu dosen dan lulusan yang siap bersaing di era globalisasi dan serba modern seperti sekarang ini?
Rektor Universitas IBA, Dr Ir Karlin Agustina, MSi akan memaparkan secara lengkap dan terperinci dalam wawancara khusus dengan Sumselupdate.com di ruang kerjanya, belum lama ini.
1.Apa Kabar Ibu Karlin dan keluarga?
Alhamdulillah sampai saat ini kita masih baik-baik saja terus beraktivitas untuk menjalankan amanah sebagai rektor Universitas IBA sejak 2013.
2.Kita tahu bersama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah diberlakukan mulai tahun lalu. Bisa Ibu Karlin jelaskan apa perbedaan signifikan sebelum dan sesudah diberlakukannya MEA khususnya di dunia pendidikan sekarang ini?
MEA yang sudah dicanangkan sejak tahun 2015, Universitas IBA sendiri sudah mulai melaksanakan dengan penjaminan mutu melalui sertifkat ISO tahun 2010. Dan, penjaminan mutu secara internasional sudah mulai kita lakukan dengan sertifikat ISO 9001 tahun 2008 dengan IWA 2007 yang mengatur penjaminan mutu khusus pendidikan. Untuk pengaruh signifikan berlakunya MEA di perguruan tinggi tentu saja sudah masuk penawaran-penawaran dari beberapa perguruan tinggi asing ke Indonesia untuk menawarkan kita sebagai staf dosen maupun mereka yang mau masuk mengajar di Indonesia. Nah, hal ini merupakan suatu tantangan agar kita lebih berkompetitif lagi dalam hal tenaga pengajar. Universitas IBA sendiri sedang meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan kesempatan kepada tenaga dosen kuliah S3 (Strata Tiga) sebanyak 11 orang, di mana yang sudah pulang (selesai kuliah S3) empat dosen, sedang kuliah lima dosen, dan mulai kuliah dua dosen. Jadi saat ini seluruh dosen Universitas IBA yang berjumlah 68 orang dari 4 fakultas, seluruhnya sudah berpendidikan S2. Dari 68 dosen tersebut 30 orang PNS Kopertis Wilayah II dan yang lainnya dosen tetap Yayasan Universitas IBA.
3.Tingkat persaingan perguruan tinggi makin kompetitif dan lulusan dituntut untuk bisa bersaing di dunia kerja yang makin sempit. Bagaimana Ibu menyikapi hal ini jika dikorelasikan dengan Universitas IBA yang saat ini Ibu pimpin?
Untuk terus meningkatkan mutu lulusan alumni Universitas IBA menerapkan Satuan Kredit Kerja Mahasiswa (SKKM). Di mana mahasiswa bukan hanya dituntut pintar atau berprestasi bidang akademik atau di dalam mata kuliah saja, akan tetapi mereka harus memiliki kemampuan dan prestasi-pretasi di bidang non akademik. Misalnya kemampuan-kemampuan mereka (mahasiswa –red) saat berada di tengah masyarakat atau sebagai pemimpin organisasi, maupun kemampuan di bidang olahraga dan seni. Jadi soft skill itu juga kita tuntut sebagai syarat-syarat untuk mereka lulus. Jadi ada ketentuan kita 35,5 poin untuk mereka bisa mengikuti ujian skripsi. Artinya poin-poin itu kita nilai. Ketika mereka mengikuti seminar di luar kampus poinnya 1, dan itu dikumpulkan sepanjang mereka mengikuti perkuliahan di Universitas IBA. Aturan SKKM ini kita berlakukan kepada seluruh mahasiswa di empat fakultas.
4.Kita tahu bersama pada tahun 1996 hingga 1998 Universitas IBA mengalami masa keemasan. Akan tetapi berjalannya waktu jumlah mahasiswa Unilversitas IBA terus mengalami penurunan hingga saat ini. Menurut Ibu Karlin apa yang terjadi?
Kita harus akui memang terjadi penurunan jumlah mahasiswa. Saya sendiri sebagai alumni pertama Universitas IBA tahun 1991 dan menjabat sebagai dosen di Universitas IBA tahun 1996, pada saat itu satu kali penerimaan mahasiswa mencapai 800 orang. Jadi benar-benar ramai. Beberapa hal yang menurut saya menjadi penyebab penurunan mahasiswa ini, yang pertama dari segi kompetitif. Dulu di kabupaten belum diwajibkan mendirikan perguruan tinggi negeri. Kalau sekarang di seluruh kabupaten sudah diwajibkan. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya penurunan jumlah mahasiswa yakni kian berkembangnya teknologi, sehingga minat anak-anak muda dalam program studi yang berkaitan dengan IT maupun komputer, sangat tinggi. Sementara kita (Universitas IBA –red) belum membuka program studi tersebut. Kondisi ini tentu membuat persaingan lebih ketat. Apalagi prodi-prodi yang kita miliki umumnya sudah dimiliki oleh perguruan tinggi lainnya. Nah saat ini kita dengan yayasan sedang merencanakan membuka prodi Teknik Manufaktur di Fakultas Teknik Mesin. Kebetulah Fakultas Teknik Mesin Universitas IBA, akredetasinya B sejak tahun kemarin dan kita sudah memiliki laboratorium manufaktur. Rencana lain, kita mungkin juga nanti mendirikan Politeknik Mesin Manufaktur. Agar berkesinambungan, kita akan mendirikan juga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Manufaktur. Lulusan SMK ini menjadi cikal bakal untuk calon mahasiswa kita di politeknik nanti. Tentu calon mahasiswa dari SMK Manufaktur tersebut diberi berbagai fasilitas atau keringanan biaya kuliah.
5.Bagaimana Ibu Karlin menyikapi persoalan tersebut? Dan adakah trik atau solusi yang ibu lakukan sehingga Universitas IBA dapat kembali berjaya?
Kita sudah banyak berbincang dengan pihak yayasan, titik utamanya adalah promosi. Karena memang saat saya berkunjung ke daerah-daerah banyak yang belum mengenal apa itu Universitas IBA. Maka dari itu saya sudah membicarakan dengan pihak yayasan bagaimana caranya kita (Universitas IBA –red) banyak didengar dan dikenal masyarakat secara berkesinambungan. Salah satu strateginya dengan meningkatkan promosi dalam berbagai bentuk, termasuk kerja sama dengan Sumselupdate.com yang baru kita mulai tahun ini. Langkah lain mempromosikan Universitas IBA melalui pemasangan baliho dan spanduk di luar daerah serta memanfaatkan sistem company keluarga Bayumi untuk memperkenalkan Universitas IBA kepada masyarakat luas. Promosi lain melalui jejaring alumni (tracer study). Dan rencananya kita akan mengadakan reuni akbar karena alumni kita sudah di mana-mana. Insya Allah akhir tahun ini atau awal tahun depan kita gelar reuni akbar tersebut. Jadi kembali ke strategi yakni bagaimana memanfaatkan semua potensi yang ada, bagaimana mengajak orang sebanyak mungkin untuk datang ke Universitas IBA dengan cara menggelar even-even olahraga maupun seni seperti Bayumi Cup atau Ida Bayumi Cup. Selain itu kita memanfaatkan juga wilayah gedung kita untuk disewa untuk anak-anak mau try out dan lain sebagainya.
6.Salah satu upaya meningkatkan daya saing dan menarik minat masyarakat untuk menimba ilmu di Universitas IBA, ada tidak Bu Karlin ke depannya nanti Universitas IBA membuka Program Pasca-Sarjana?
Ada. Tapi saat ini mungkin hanya di Fakultas Ekonomi yang bisa karena syarat membuka program pasca-sarjana harus memiliki tiga dosen bergelar doktor. Kemungkinan besar program studi S2 nanti Magister Manajemen.
7.Ibu Optimis Bisa Mencapai Target yang Sudah Dicanangkan Dapat Tercapai?
Insya Allah. Dengan dukungan penuh pihak yayasan dan seluruh civitas akademika saya sangat optimis dapat mencapai target tersebut.
8.Terima Kasih Ibu Karlin Atas Waktunya
Terima Kasih Sama-sama
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Smg Univ IBA tambah sukses dan jaya, shg dpt merealisasikan rencana yg akan dicapai.