Jakarta, Sumselupdate.com – Peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan ancaman resesi ekonomi makin nyata. Bahkan diperburuk oleh mewabahnya Corona (COVID-19).
“Sebelum ada Corona saja kemungkinan ada resesi, apalagi ada Corona, bisa lebih cepat. Sinyalnya sudah ada,” kata Bhima saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Pusat seperti dilansir detikfinance, Sabtu (7/3/2020).
Pasalnya, dengan melemahnya China, banyak negara yang bergantung pada perdagangan komoditas dengan China merugi. Yang ekspor ke China mengalami penurunan pendapatan, yang impor mengalami kesulitan bahan baku.
“Karena China adalah produsen dunia yang besar. Sektor manufacturing kan dari China kebanyakan. Banyak negara yang bergantung pada ekspor-impor komoditas ke sana,” ungkap Bhima.
Bukan cuma itu, di pasar keuangan, tanda resesi sudah jelas terlihat. Menurut Bhima, tanda utamanya adalah banyak orang yang melepas saham di pasar bursa, kemudian mengalihkannya ke instrumen yang aman alias safe haven.
“Di market ada gejolak ya, banyak orang lakukan aksi jual di bursa saham, itu percepat resesi. Banyak yang masuk ke safe haven, itu juga nggak wajar. Biasanya tanda sebelum resesi banyak orang mau masuk ke aset aman secara berlebihan,” kata Bhima.
Sederet imbasnya pun bisa dirasakan ke perekonomian di Indonesia. Mulai PHK masal karena industri melemah, cabutnya modal asing, hingga beban utang yang melebar.
“Bisa PHK massal, capital outflow. Semoga nggak terjadi sih. Belum lagi ke defisit APBN, efek beban utang bertambah,” kata Bhima. (dtf/hyd)