Pengamat Politik Sebut Pertemuan Megawati-Prabowo Untuk Pencanangan Duet Prabowo-Puan 2024

Sabtu, 7 Mei 2022
Puan Maharani-Prabowo

Jakarta, Sumselupdate.com – Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai pertemuan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menerima kunjungan silaturahmi dari Ketum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto sarat dengan persiapan Pilpres 2024.

“Ya pasti dikaitkan dengan pilpres, kalau cuma silaturahmi biasa kan, bisa lewat telepon, video call, beres kan? Pasti ada kaitannya dengan 2024,” ujar Adi saat dihubungi, Jumat (6/5/2022).

Kendati pertemuan tidak diakui sebagai persiapan Pilpres 2024, kata Adi, namun tidak menampik adanya faktor kedekatan antara Megawati dan Prabowo.

“Memang gak ada obrolan Pilpres, tapi silaturahmi ini semakin menegaskan Prabowo cukup lengket dengan Megawati,” ujar Adi.

Dia menambahkan, silaturahmi politik bisa dinilai sebagai pencanangan duet Prabowo-Puan yang beberapa saat lalu mendapati hasil positif berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

“Artinya duet Prabowo-Puan relatif leading, setidaknya dua orang ini sudah sama-sama mulai dikenal publik terkait 2024. Jadi silaturahmi politik kemarin seakan-akan menambah amunisi supaya publik terus bicara tentang kemungkinan Prabowo-Puan bisa duet,” tegasnya.

Survei SMRC menunjukkan, jika yang bertarung hanya dua pasangan, Prabowo Subianto-Puan Maharani melawan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono, hasilnya Prabowo-Puan mendapatkan 41%, Anies-AHY 37,9%, dan 21% yang belum menentukan pilihan. Sedangkan dalam simulasi Prabowo-Puan melawan Ganjar-Airlangga, Prabowo-Puan didukung 39,3%, Ganjar-Airlangga 40,3%, dan 20,5% yang belum menentukan pilihan.

Pengamat Politik Yunarto Widjaja menjelaskan, dalah hal menyatukan pasangan di atas sulit dilakukan meskipun kemungkinan bisa saja terjadi.

Menurut dia ‘perkawinan’ dua partai pemenang pemilu dan ‘runner up’ akan sulit menentukan siapa Capres dan Cawapresnya.

“PDIP surveynya jauh di atas Gerindra dan sulit buat saya membayangkan partai pemenang pertama itu mau hanya menjadi cawapres. Saya juga tidak bisa membayangkan, Pak Prabowo karena menyadari partainya hanya peringkat ke-2 mau mengalah sebagai cawapres, karena Prabowo kapasitasnya sebagai capres,” ujar Yunarto Wijaya, Kamis (5/5).

Pria yang akrab disapa Toto ini menambahkan, “Kita menggunakan pendekatan kepentingan politik, kedua partai ini untuk bergabung dikarenakan positioning PDIP di atas Gerindra, di sisi lain elektabilitas Mbak Puan di bawah Prabowo,” kata pria yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia ini.

Duet PDIP dan Gerindra pernah terjadi tahun 2009, memasangkan Megawati Soekarno Putri dan Prabowo. Bahkan diseremonikan dengan Perjanjian Batu Tulis. Namun pada pemilu 2014, PDIP malah mengusung Jokowi dan Jusuf Kalla. (duk)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.