Pengamat: Pemudik Butuh Alternatif dan Pemerintah Jamin Keamanan Lintas Sumatera

Sabtu, 30 April 2022
Suasana jalan tol padat dan macet jelang lebaran 2022.

Jakarta, Sumselupdate.com – Pengamat Transportasi Djoko Setijowardono menjelaskan, tumpukan pemudik di jalan tol lintas Jawa bisa dihindarkan jika ada alternatif dan informasi akurat dari pemerintah.

“Menuju ke Jawa konsentrasinya jalan tol, tetapi jangan melupakan jalan non tol.” kata Djoko Setijowardono di Jakarta, Sabtu ( 30/4/2022).

Djoko menambahkan, berdasarkan pengalaman, pemudik yang memilih jalur non tol tanggal 27,28 dan 29 malam relatif lancar. Tingginya volume kendaraan di jalan tol sebenarnya bisa dihindari jika pemerintah, Jasa Marga dan Kemenhub terus memberikan informasi akurat dan terkini.

“Antisipasi jalan tol penuh, ya suruh keluar saja, atau diberi informasi, ini jalan tol sudah penuh anda menunda keberangkatan. Terus berikan informasi,” kata Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini. Sejauh ini kata dia, informasi yang diberikan masih minim, juga penyampaian kondisi di lapangan berupa teks dan suara yang kadang terlewati pemudik.

Problem lain di jalan tol antrian pada gate dan kapasitas rest area.

“Mesti kalau di jalan tol dia lelah, tidak bisa masuk rest dan dia akan ke bahu jalan istirahat, “kata Djoko.

Dia berharap tahun depan kondisinya tidak seperti ini lagi karena akan diberlakukan Multi Lane Free Flow. Di armada penyebrangan, khususnya di Pelabuhan Merak, kata Djoko, mayoritas pemudik memilih menyebrang malam karena alasan keamanan.

“Pagi sepi, cuma sepertiga. Alasan malam, karena alasan keamanan, jadi pemudik butuh jaminan keamanan di Sumatera. Kalau dijamin mereka mau,” kata Djoko.

Dikatakan, jaringan jalan untuk Pulau Jawa sudah lebih baik, kesiapan, jalan nasional sebelum lebaran sudah mulus, penerangan jalan cukup, sehingga Pulau Jawa relatif aman. Sementara jalur Sumatera, meski sudah bagus namun belum aman. Satu hal lagi tidak adanya transportasi di pedesaan.

“Pemudik naik motor karena di daerah tidak ada angkutan pedesaan.. Tugas pemerintah untuk memperbaiki itu, “jelas Djoko.

Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani mengingatkan agar pemerintah memfasilitasi masyarakat yang hendak mudik sebaik mungkin. Puan memaklumi antusiasme warga setelah 2 tahun tidak diperkenankan mudik saat Lebaran. Diperkirakan, 80 juta pemudik akan pulang kampung. Sebanyak 14 juta di antaranya berasal dari wilayah Jabodetabek.

“Kita memaklumi antusias warga mengingat akibat pandemi Covid-19, sudah 2 tahun masyarakat tidak diperkenankan mudik saat Lebaran. Antusiasme mudik yang tinggi harus disikapi dengan persiapan matang dari pihak otoritas,” ujar Puan.Pemerintah pun mengeluarkan sejumlah perencanaan, antisipasi dan imbauan agar publik mudik lebih awal.

Pengamat perkotaan dan transportasi Yayat Supriatna mengungkapkan antusiasme masyarakat luar biasa. Terjadi peningkatan luar biasa untuk tranportasi darat dan laut, macet parah di jalan tol dan antrean panjang di pelabuhan.

“Memang imbauan pemerintah untuk mudik lebih awal itu bagus, tapi meledaknya pemudik pada akhir bulan Ramadan atau menjelang 2-3 hari menjelang hari lebaran tidak bisa dihindari, karena perjalanan diatur jadwal kerja para pekerja formal,” ujarnya.

Menurutnya, rekayasa lalu-lintas yang kini diterapkan seperti pemberlakuan satu arah (one way/contraflow) memang cukup membantu meski punya dampak.

“Pola one-way atau contraflow kontrak untuk beberapa saat sangat membantu di jalan tol, tapi menjadi beban di jalan arteri,” tegasnya.

Padahal, jalan arteri atau alternatif tidak sebagus jalan tol. Begitu juga fasilitas dan sumber daya penunjang di jalan arteri tidak sesigap dan sebaik jalan tol. Padahal beban jalan jalan arteri lebih berat daripada jalan tol dengan berbagai kegiatan dan aktivitas yang kompleks. Apalagi jika jalan arteri harus memikul beban arus mudik.

Pelabuhan Merak juga menjadi sorotan dengan antrean yang cukup panjang. Operator jalan tol menyarankan pemudik untuk menunggu di rest area terlebih dahulu. Tetapi hal itu juga tidak ada kejelasan terkait waktu tunggu masuk pelabuhan.

“Memang harus diakui informasi tentang kepastian kapan dibuka sangat situasional, sehingga banyak orang yang berada di tengah jalan tiba-tiba terjebak,”tuturnya.

Meski demikian, Yayat mengapresiasi kerja keras Korlantas Polri, Kemenhub, dan operator jalan tol. Namun saat ini yang paling diperhatikan partisipasi, pengertian, dan pemahaman bersama.

“Antisipasi, gagasan, konsep sudah disiapkan, bahkan terkait dengan jumlah pemudik pun semua sudah dihitung, semua sudah diperkirakan. Tetapi yang harus dilihat antara konsep dan gagasan dengan praktiknya masih ada gap (kesenjangan), misalnya informasi dan komunikasi. Itu yang paling penting,” tegasnya.

Yayat meminta masyarakat harus banyak bersabar dan mencari informasi akurat terkait perjalanan. Ia juga menyarankan agar masyarakat membuat perencanaan matang terkait keberangkatan, sehingga tidak terjebak kemacetan saat puncak arus mudik. (duk)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.