Kerajinan Tangan Rajutan dan Sulam dari Lahat Tembus Pasar Nasional

Senin, 30 Agustus 2021
Produk pakaian rajutan dan fashion sulam tengah dikerjakan perempuan atau ibu-ibu di Lahat.

Laporan: Novrico Saputra

Lahat, Sumselupdate.com – Kreasi unik produk pakaian Rajutan dan Fashion Sulam, karya tangan perempuan di Kabupaten Lahat,  berhasil menembus pasar Nasional. Beberapa pakaian sulam tangan ini bahkan dikirimkan ke Provinsi Papua, daerah paling ujung Indonesia.

Sebuah prestasi, kebangaan dan motivasi tentunya, mengingat saat ini ekonomi dan UMKM bahkan tengah lumpuh karena dampak dari pandemi Covid-19.

Pemilik (Owner) Kerajinan Fashion Sulam Tangan, Ica (33) menuturkan, jika produk hasil karya tangannya, lebih sering dikirim ke Jakarta dan sekitarnya, Papua dan pulau Jawa.

Advertisements

“Daerah ini paling sering menyampaikan permintaan pesanan,” ucapnya.

Bahkan saat masa pandemi seperti ini, pesanan kain Sulam dan Rajut diakuinya tidak mengalami penurunan yang drastis.

Hal ini yang diakuinya, bisa membuat dirinya dan para pekerjanya bisa bertahan dari dampak pandemi Covid-19, secara perekonomian.

Ibu-ibu pekerja pakaian rajutan dan fashion sulam mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19.

“Kalau yang pengiriman ini kebanyakan baju-baju daily untuk spring dan summer,” tutur perempuan berusia 33 tahun ini saat ditemui Sumselupdate.com, di sela peresmian objek Wisata Ayek Pacar, Senin (30/8/2021).

Tak heran bila ia mampu memberdayakan sejumlah anak muda dan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya. Mereka diberdayakan untuk membuat kerajinan Fashion Sulam tangan aneka ragam, mulai dari pakaian, mukena, hingga hijab.

Mereka diberdayakan mulai menentukan desain produk yang akan dibuat, hingga tahap menentukan bahan, dan proses menjahit sesuai desain yang ditetapkan di rumah produksi desa Tanjung Menang Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan.

“Prosesnya sendiri memerlukan waktu yang bervariasi. Paling memakan waktu memang saat sulam tangan. Untuk motif yang sederhana bisa dalam dua sampai tiga bulan selesai. Tetapi motif rumit biasanya bisa memakan waktu hingga sepekan lebih,” paparnya.

Satu produknya disebutkan Ica, dijual bervariasi mulai dari Rp1 juta hingga Rp10 juta. Harga ini dibanderol sesuai dengan model desain, motif sulam tangan, serta tingkat kesulitan pembuatan produk. Semakin rumit dan sulit motif dan desain yang diinginkan maka harganya juga semakin mahal.

“Kalau makin sulit motif dan desain harganya tambah mahal,” bebernya.

Ica menyebut bahwa hampir semua produk yang ia buat diminati masyarakat. Hanya saja, untuk segmentasi pasar, Ica menyebut memang menyasar pada perempuan usia 25 sampai dengan 30 tahun ke atas.

Hal itu lantaran kebanyakan wanita di usia tersebut tidak terlalu memusingkan masalah style dan gaya berpakaian. Kecenderungannya adalah lebih mengedepankan kenyamanan.

“Kalau untuk cara pemasaran sendiri kami memanfaatkan semua platform media sosial saat ini,” ucap perempuan yang juga berpengalaman di bidang Rajut dan Sulam Tangan di Pulau Jawa

Di tengah pandemi Covid-19 sendiri, Ica bersyukur penjualan produknya tidak terlalu menurun drastis. Meski sempat menurun awal-awal masa pandemi Covid-19, kini beranjak meningkat jelang lebaran Idul Fitri.

“Jika dibandingkan lebaran tahun lalu, kondisi saat ini masih jauh lebih baik. Tahun ini produk fashion sulam tangan miliknya masih cukup banyak menerima pesanan. Paling tidak proses produksi masih tetap bisa berjalan walaupun tidak terlalu signifikan,” tukasnya. (**)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.